Sabtu, 16 Agustus 2014

THE FAULT IN OUR STARS - Review Gue

Optimisme dan Cinta dalam Kanker







The Fault in Our Stars merupakan film drama romantis besutan sutradara Josh Boone berdasarkan novel dengan judul sama karya John Greene. 

Sinopsis Gue :

Dibuka dengan narasi seorang remaja putri bernama Hazel Grace Lancaster (Shailene Woodley) yang berbaring diatas rerumputan di halam rumahnya seraya memandang bintang-bintang di langit.   Hazel bertutur bahwa kita dibebaskan untuk memilih cara bercerita tentang kisah sedih walaupun dihiasi dengan kata-kata yang indah, namun tetap cerita sedih tersebut akan terjadi tanpa bisa diperbaiki sekalipun oleh tembang karya Peter Gabriel....

Hazel adalah remaja penderita kanker tiroid stadium 4 dan harus selalu membawa tabung oksigen di trolley kecil dan selang yang selalu terpasang dihidungnya.  Dengan dorongan dan paksaan dari sang ibu, Frannie (Laura Dern), sang ayah, Michael (Sam Trammel) dan dokternya, Maria (Ana Dela Cruz), Hazel menghadiri grup support di gereja mereka. Frannie ingin Hazel mempunyai teman yang senasib sehingga ada teman yang bisa diajak berbagi.  Suatu hari, Hazel tanpa sengaja bertumbukan dengan Augustus Waters (Ansel Egort) di gereja tempat pertemuan tersebut.  Sepanjang pertemuan grup support tersebut, tak hentinya Gus melirik Hazel. Gus rupanya mengantar sahabatnya, Isaac (Nat Wolff), penderita tumor mata yang telah diangkat sebelah matanya.  Isaac tetap optimis karena sang kekasih yang seksi selalu mendukungnya. Giliran Gus yang bercerita, disampaikan bahwa Gus adalah penderita Osteosarcoma yang berhasil sembuh walaupun kaki kanannya diamputasi. Gus yang tertarik pada Hazel berusaha mendekati Hazel yang cenderung dingin. Hazel pun mulai luluh atas usaha gigih Gus yang mendekati dengan cara yang simpatik walaupun agak urakan. Hubungan antar kedua insan pun terjadi karena sebuah buku dengan judul An Imperial Affliction karya Peter Van Houten (Willem Dafoe) yang berkisah tentang gadis leukimia.  Dari diskusi buku tersebut Gus berhasil membuat Van Houten mengundang Hazel ke Amsterdam, Belanda.  

Terdapat kendala yang cukup berat karena dokter Maria keberatan atas kepergian Hazel ke Belanda karena beresiko terhadap penyakit Hazel. Kendala tersebut bisa diatasi dan akhirnya Hazel dapat ke Amsterdam bersama sang ibu dan Gus.  Kehadiran mereka di kediaman Van Houten menjadi antiklimaks karena ternyata Van Houten tidak peduli akan Hazel maupun Gus. Ternyata yang mengundang mereka adalah Lidewij (Lotte Verbeek) sang asisten Van Houten. Marah akan sikap Van Houten yang tidak simpatik, Hazel dan Gus pergi meninggalkan Van Houten. Lidewij berusaha menebus situasi tersebut dengan mengajak Hazel dan Gus berwisata di kota tersebut.  

Hubungan romantis kedua insan tersebut nampak tidak bisa bertahan lama karena kanker yang ada di tubuh Gus ternyata muncul lagi dan mulai menyebar cepat. 


Review Gue :

Novel karya John Greene ini terinspirasi dari seorang gadis bernama Esther Earl yang didiagnosa kanker thyroid.  John Greene bertemu dengan Esther dalam Konvensi Harry Potter tahun 2009 dimana John tertarik melihat Esther yang selalu membawa tabung oksigen dengan trolley kecil.  John menyukai gadis tersebut karena kepribadian Esther yang humoris dan terbuka seperti yang John lihat dalam video Esther yang diunggah di Youtube. Esther wafat pada umur 16 pada tahun 2010.  Kisah yang mellow ini akan membuat beberapa penonton menitikkan air mata.  Shailene Woodley mampu menghidupkan karakter Hazel yang tomboy namun dingin, cerdas namun sinis.  Ansel Elgort sebagai Gus bermain dengan santai dan lepas sehingga chemistry diantara mereka mengalir lembut. Laura Dern nampak tidak diberikan porsi banyak sehingga tidak bisa maksimal.  Willem Dafoe nampak kekurangan ruang dalam film ini sehingga tidak leluasa menggali karakternya sebagai Peter Van Houten sang pengarang yang dipuja Hazel. Josh Boone adalah sutradara muda yang memulai debutnya dalam film ini, namun cukup lancar dalam mengalirkan emosi yang mengalun dan menguat pada jelang akhir cerita.  Improvisasinya dalam suasana Amsterdam patut diacungkan jempol.  Siapa sangka bahwa setting Amsterdam ternyata adalah Pittsburgh, Pennsylvania.  Demikian juga dengan setting Museum Anne Frank juga dilakukan di Amerika karena lokasi asli Museum Anne Frank  tidak memberikan ijin pelaksanaan syuting tersebut.  Judul film dan buku tersebut merupakan penggalan dari Drama Julius Caesar karya William Shakespeare dari potongan kalimat "The fault, dear Brutus, is not in our stars, but in ourselves..."


Film ini gue kasih 4 bintang dari 5 bintang...

Keep Rolling...  Selamat Menikmati... Have the Great Watch...!!! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar