Jumat, 31 Oktober 2014

John Wick

Dendam Mantan Pembunuh Profesional




Film Aksi Laga buatan tahun 2014 dengan sutradara Chad Stahelski & David Leich, produksi Summit Entertainment-Thunder Road Pictures-87Eleven Productions-DefyNite Films dan distribusi oleh Lionsgate.


Sinopsis Gue :

John Wick (Keanu Reeves) baru saja kehilangan sang istri Helen (Bridget Moynahan) akibat penyakit yang dideritanya.  Sang istri ternyata sempat memesan sebuah puppy untuk menemani John sebagai pengganti sang istri. Belum genap seminggu kematian sang istri dan kehadiran sang anak anjing yang diberi nama Daisy, datanglah penjahat yang menyatroni kediaman John Wick untuk merampas mobil John Wick yaitu Mustang 1969 Vintage. Penjahat tersebut tidak segan membunuh sang anak anjing. Hal ini membuat John Wick merasa sangat marah sehingga berniat membalas dendamnya dan identitas aslinya yang sudah dipendam selama dua tahun terpaksan dimunculkan lagi. John Wick dua tahun yang lalu adalah pembunuh bayaran yang ditakuti dalam dunia pembunuh bayaran. Dengan bantuan sahabatnya Marcus (Willem Dafoe) dan sang pemilik Hotel Continental, Winston (Ian McShane) mulailah John mengintimidasi sang perampok yang ternyata adalah Iosef Tarasov (Alfie Allen), anak dari Viggo Tarasov (Michael Nyqvist), mafia Rusia berpengaruh di kota New York. dan pertempuran pun dimulai demi membalaskan dendam sang ex pembunuh bayaran.


Review Gue :

Setelah Johny Utah di Point Break (1991), Jonathan (John) Harker di Bram Soter's Dracula (1992), Don John di Much Ado About Nothing (1993), Johnny di Johnny Mnemonic (1995), John Constantine di Constantine (2005), John di Generation Um... (2012) maka sekarang Keanu Reeves  kembali menjadi John di film penuh aksi laga John Wick.  Nampaknya ini merupakan kebangkitan dari Keanu Reeves yang nampak 'stagnan' pasca Trilogy The Matrix yang legendaris.  banyak review positif dengan penampilan Keanu di John Wick ini. Film yang dibesut oleh duo Chad Stahelski & David Leich yang juga bertindak sebagai produser bersama Eva Longoria (betul, Eva Longoria 'Desperate Housewives') merupakan karya pertama duo sutradara tersebut. Debutan sutradara mantan stunt coordinator ini terbilang lebih beruntung daripada rekannya yang membesut Left Behind-nya Nicolas Cage yang mendapat nilai sekadarnya di review film Amerika dan Eropa. Kisah yang dibuat semi linear ini bercerita dengan lancar tanpa tersendat dan melompat sehingga mudah dicerna. Penampilan Michael Nyqvist, Willem Dafoe, John Leguizamo dan Ian McShane membuat film ini lebih berbobot. Michael Nyqvist yang dikenal sebagai aktor watak dari daratan Eropa cukup pas menjadi Mafia Russia yang semula dingin berubah menjadi panik karena jiwa anaknya terancam terbunuh. Willem Dafoe walaupun tidak cukup banyak tampil, cukup memberikan nuansa khusus sebagai 'rekan bisnis' John Wick, John Leguizamo yang cemerlang di film Chef hanya dapat peran 'kecil', tidak sampai 5 menit kehadirannya hingga sayang tidak bisa dimaksimalkan. Ian McShane yang biasa tampil ringan juga kembali tampil ringan sebagai Pemilik Continental Hotel, tempat para pembunuh profesional menginap dan memiliki kode etik khusus diantara mereka. 

Adegan perkelahian yang intens juga menarik ditampilkan, mengingat duo sutradara ini merupakan stunt coordinator, tentunya lebih bisa menempatkan posisi menarik dari masing-masing pelaku perkelahian ini. Konon Keanu Reeves sendiri melakukan 90% aksi laganya tanpa peran pengganti.  Untuk dapat dimaklumi bahwa tingkat intensitas aksinya masih dibawah franchise Jason Bourne ataupun  franchise Taken, namun tetap memperoleh kredit tersendiri. Satu hal yang agak menggelitik bahwa dunia pembunuh bayaran ternyata memilki rekanan bisnis dengan sandi 'layanan pembersih' yang khusus mengurus para korban pembunuh-pembunuh tersebut untuk 'dirapikan'.  Dunia pembunuh profesional di film ini adalah dunia profesional yang penuh dengan etika dan kedisiplinan serta kepatuhan dalam penegakan disiplin kode etik di dalam hotel Continental tersebut.  Pengkhianat dalam kelompok 'asosiasi' tersebut akan dicabut keanggotaannya yang artinya masa hidup sang 'profesional' itupun selesai.

Film ini gue rating 3,5 bintang dari 5  bintang...

Keep Rolling... Selamat Menikmati... Have a Great Watch ... !!!

SOLIT4IRE

Kisah 4 Hantu (tapi hantunya keroyokan)


Menyambut Halloween 2014, Indonesia tidak ketinggalan menyuguhkan film horor 'avant garde' karya Rico Michael, produksi dari Happy Friends dan E-motion. Film dengan durasi 90 menit ini menyuguhkan 4 cerita horor berbeda yang memiliki satu benang merah utama.


Sinopsis Gue :
  
Ada empat cerita horor dalam suatu kejadian yang saling bertaut. Dimulai dengan sebuah cerita di sebuah perkantoran di lantai 16 dimana terdapat hantu wanita yang menemani seorang karyawan yang lembur, pada awalnya dikira merupakan teman sekantornya yang ternayat adalah hantu penunggu lantai tersebut. Cerita melompat ke seorang wanita dari Cianjur yang mulai kost di suatu rumah besar dengan penghuni 'senior' yang ceriwis-nyinyir. Rumah Kost besar tersebut ternyata memiliki aura hantu yang dapat mempengaruhi perilaku si penghuni baru dari Cianjur. Kisah lainnya adalah seorang sopir ambulans pembawa jenazah yang terpengaruh oleh harta sehingga harta benda sang jenazah dijarah, yang membuat arwah  tersebut tidak terima dan menuntut balas. Melompat lagi kepada dua orang mahasiswa yang sedang dalam masa 'ospek' yang kemudian diculik oleh seniornya untuk diberikan ospek tambahan karena dianggap tidak menghormati sang senior. Penculik tersebut membawa sang korban ke wilayah Depok yang kemudian diceritakan tentang Urban Legend bernama Jack Jangkung yang berkeliaran menyantap orang-orang yang tersesat. Terjadi sebuah kecelakaan dimana seorang mahasiswa baru tersebut menjadi korban tewas tanpa disengaja, sehingga akhirnya perlu dibereskan semua agar tidak meninggalkan saksi. Yang terjadi adalah munculnya Jack Jangkung yang membantai semua yang terkait penculikan tersebut. Cerita terakhir terkait kembali ke cerita awal dimana kantor di lantai 16 tersebut memilki penunggu, yang kemudian juga mengganggu sang wanita eksekutif muda yag tengah dipaksa lembur oleh sang pimpinan. Teror ternyata berlanjut hingga si wanita melarikan diri ke basement dengan harapan selamat dari teror sang penunggu, ternyata malah berhadapan dengan makhluk halus yang lain dengan jumlah yang lebih banyak. 


Review Gue :

Kehadiran film horor dengan pengambilan set kamera dengan gaya baru merupakan karya yang patut diapresiasi. Inovasi tersebut membuat suasana film jadi lebih 'segar'. Namun masih banyak catatan kaki yang harus disampaikan untuk dapat dibenahi di film kemudian yang kabarnya akan dibuat sekuelnya. Sound efek yang awalnya dibuat untuk meningkatkan ritme horornya ternyata terlalu penuh dan tinggi sehingga terasa bising. rasa 'siap-siap untuk kaget' yang awalnya sudah menunggu untuk disentak menjadi berkurang karena kebisingan efek tersebut. Para pemain masih berlakon dengan standar sinetron sehingga gaya nyinyir dan melotot-melotot sambil mencibir masih cukup terasa dalam beberapa adegan. Adegan para orang yang memilki kuasa pun masih stereotip, berbahasa tinggi sambil mengangkat dagu tinggi-tinggi. Yang bermain santai dalam film ini adalah Ikhsan Samiaji dan Mastur. Mereka bermain cukup natural walaupun belum maksimal (atau belum dimaksimalkan oleh sutradara). Pamela Hallatu juga cukup rileks mainnya walaupun masih agak ragu dalam mengeksploitasi ketakutannya. Selebihnya masih berupa pelakon sinetron dengan plot wajib. Editing film cukup cepat dan lumayan bagus, hanya bagi kamera ada yang mengganjal pada saat sang hantu memandang calon korban dengan efek infra merah, berkedut dan bergoyang oleng sehingga terasa ada pertanyaan, ini film hantu atau film monster ya? Peran hantu yang mengeroyok di basement pun terasa dipaksakan sehingga kembali ada celetukan 'hantunya beraninya keroyokan'.

Dasar cerita yang diangkat sebenarnya menarik, dan akan lebih bagus lagi jika tiap cerita tersebut dirangkai dengan penjelasan yang tidak melompat pada akhirnya, bahwa Solit4ire adalah permainan kartu dimana 4 kartu utama menunjuk pada korban yang akan dipersembahkan. Namun karena korban tewasnya lebih dari banyak, nampaknya bandar hantunya dapat untung besar. Dibanding dengan film horor Indonesia yang lain, film ini berani menunjukkan perbedaannya. Dengan beberapa perbaikan tersebut, pasti hasilnya akan lebih mengguncang lagi. Film murni horor Indonesia tidak (belum) ada lagi yang benar-benar bikin merinding sejak Jaelangkung tahun 1990-an. Semoga akan ada lagi inovasi film horor Indonesia.

Film ini gue rating 2 bintang dari 5 bintang...

Keep Rolling... Selamat Menikmati... have a Great Watch...!!!
 

Kamis, 23 Oktober 2014

Chef

Inovasi Masakan Lintas Negara Bagian


Film Drama-Komedi tahun 2014 besutan sutradara kondang Jon Favreau yang juga bertindak sebagai produser dan pemeran utama. Produksi Fairview Entertainment - Aldsamisa Entertainment, dengan distributor Open Road Films.

Sinopsis Gue :

Carl Casper (Jon Favreau) adalah seorang Chef yang cukup dikenal di Los Angeles dengan ciri khas makanan yang beraliran bebas di sebuah retoran milik Riva (Dustin Hoffman). Dibantu oleh Martin (John Leguizamo) sang asisten dan Tony (Bobby Cannavale) sang sous chef, trio juru masak tersebut bekerja solid dengan rasa kekeluargaan yang tinggi. Hingga pada suatu hari datanglah Ramsey Michel (Oliver Platt) sang kritikus makanan yang mencicipi masakan 'karya' Casper. Namun apa nyana, kritikan tajam mendera masakan Casper yang dinilai kurang variatif dan kurang berani. Karya 'statis' Casper semata memang atas perintah Riva yang enggan untuk melakukan inovasi masakan sehingga Casper yang terkena getahnya. Tidak terima dengan kritik Ramsey, terjadilah 'perang' via Twitter dan dikuatkan dengan adu mulut diantara mereka yang ternyata direkam oleh pengunjung resto dan diunggah di sosmed sehingga membuat Casper 'terkenal' karene temperamennya.  Keputusasaan Casper karena tidak bisa berinovasi membuatnya keluar dari restoran tersebut. Dukungan dari Molly (Scarlett Johansson) sang pengurus restoran untuk mandiri semakin menguatkan Casper. Mantan istrinya, Inez (Sofia Vergara) menyarankan agar Casper sebaiknya berinovasi dengan karyanya sendiri dan akan diberikan modal untuk membuat 'food truck'. Casper yang awalnya menolak akhirnya mencoba untuk berwirausaha dengan bantuan dari mantan suami Inez sebelum Casper, seorang pengusaha nyentrik bernama Marvin (Robert Downey, Jr.). Toh Marvin hanya membantu memberikan truk yang sudah aagak rongsok sehingga membutuhkan banyak perbaikan. Dari situlah kedekatan antara Casper dengan anak semata wayangnya Percy (Emjay Anthony) mulai terbina setelah sekian lama renggang. Diluar dugaan datanglah Martin yang ikut berhenti karena bertekad akan ikut Casper dalam kondisi apapun. Truk yang telah selesai diperbaiki itu diberi nama El Jefe. truk yang diperbaiki di Miami harus dibawa lewat jalan darat ke Los Angeles melintasi beberapa negara bagian. Sambil berjualan masakan karya Casper yang khas, ketiga 'pria' tersebut melintasi Amerika sambil bertualang. Dengan bantuan Percy yang memuat laporan perjalanan mereka lewat sosmed, truk El Jefe mendapat sambutan hangat di setiap persinggahan. Sesampai di Los Angeles ternyata kembali dipertemukan dengan Ramsey yang ternyata telah menjual situs kritiknya dan menjadikan Casper sebagai partner restoran dimana Casper memegang penuh kewenangan atas inovasi karya Chef Casper.


Review Gue :

Jon Favreau adalah seorang sutradara multi talenta yang sukses menelorkan franchise Iron Man. Namun kesuksesan film mega bujet tersebut tidak membuat hasrat membuat film indie-nya padam. Chef adalah karya 'comeback' nya ke film indie sambil beristirahat diantara menyutradarai dan membintangi film mega bujet. Hasil yang ringan tapi tajam dalam Chef masih dapat dipertahankan oleh Jon Favreau. Tidak tanggung-tanggung, Jon Favreau berguru langsung kepada Chef Roy Choi, Chef terkenal asal Korea yang juga memiliki banyak Food Truck dengan berbagai jenis masakan. Satu-satunya kekurangan dalam film adalah Jon Favreau asyik menjadi maestro di film besutannya sehingga kadang tanpa disadari 'menenggelamkan' aktor/aktris lain yang tak kalah mutunya. Bagusnya John Leguizamo tak terlidas oleh Favreau. Kelincahan khas ala Leguizamo dapat mengimbangi dominasi Favreau. Kehadiran Scarlett Johansson dan Robert Downey Jr. yang merupakan sahabat dekat Favreau walaupun tidak sampai 5 menit cukup membuat improvisasi film ini lebih segar. 'Witty' dan sinisnya Robert Downey Jr. cukup menggelitik walaupun tidak setengil di Iron Man. Dustin Hoffman juga bisa memanfaatkan momen sejenaknya sebagai pemilik resto yang kaku dan takut akan resiko. Sofia Vergara diberikan kesempatan bermain 'normal' keluar dari perannya sebagai istri seksi di sitkom Modern Family. Oliver Platt tidak banyak berubah dari sisi penampilan maupun aktingnya. Emjay Anthony menjadi sosok yang mencuri perhatian berperan sebagai anak tunggal Casper yang 'jago' dalam gadget dan ikut membesarkan El Jefe dalam perjalanan melintasi Amerika. Film ini nyaman untuk dinikmati. Cerita yang mengalir lancar tanpa ada hentakan mungkin akan menjadi suatu antiklimaks bagi peminat 'Action Addict'. Namun akhir yang lembut memang membuat film ini memiliki nuansa yang berbeda.

Gua rating film ini 4 bintang dari 5 bintang...

Keep Rolling... Selamat Menikmati... Have a Great Watch... !!!

Selasa, 21 Oktober 2014

Fury

Kehidupan Perang dalam Tank


Film buatan tahun 2014 tentang Perang Dunia II besutan sutradara David Ayer, produksi dari Le Grisby Production-QED International-L Star Capital-Crave Films dengan distribusi oleh Columbia Pictures.


Sinopsis Gue :

Sersan AD USA Don 'Wardaddy' Collier (Brad Pitt) adalah pemimpin sebuah Tank M4A3E8 Sherman yang diberi nama FURY,  selain Don terdapat kru tank nya yaitu Boyd 'Bible' Swan (Shia LeBeouf), Grady 'Coon-Ass' Travis (John Bernthal) dan Trini 'Gordo' Garcia (Michael Pena). Dalam sebuah pertempuran, tim Fury kehilangan salah seorang kru nya yang gugur dalam pertempuran, yang kemudian mendapatkan pengganti bernama Norman Ellison (Logan Lerman) yang ternyata adalah seorang juru ketik tentara tanpa pernah terjun ke medan pertempuran.  Kehadiran Norman yang masih sangat hijau mendapat celaan dan cercaan dari Coon-Ass dan Gordo, terlebih saat Norman menolak untuk menghabisi nyawa seorang perwira Nazi atas perintah Wardaddy. Seiring perjalanan, ternyata Norman menjadi dekat dengan Wardaddy. Bisa dikatakan bahwa Wardaddy yang menjadi mentor dari Norman, hal ini menimbulkan sedikit rasa iri pada Bible, Gordo dan Coon-Ass, walaupun rasa iri tersebut tidak berlarut-larut. Hingga pada suatu momen kru dari Fury diperintahkan untuk mencegat pasukan Jerman di sebuah persimpangan jalan menuju Berlin agar pasukan Jerman tersebut tidak dapat mencapai Berlin karena pasukan infanteri Amerika akan melakukan penaklukkan ke Berlin. Hanya ada 4 tank yang bisa diandalkan dalam melakukan pencegatan tersebut, namun dalam perjalannya hanya tinggal Fury yang bisa mencapai persimpangan tersebut, itupun dalam kondisi rusak akibat melindas ranjau. Dengan kondisi yang serba minim, pertempuran habis-habisan pun terjadi demi untuk menahan pasukan Jerman. 


Review Gue :

Setelah membesut Street Kings (2008) dan Sabotage (2014) , David Ayer kembali mengolah ketrampilannya kali ini dalam film perang berintensitas tinggi. Selama ini David lebih dikenal sebagai penulis film handal, beberapa karyanya selalu menjadi pujian kririkus seperti U-571, The Fast and The Furious, S.W.A.T dan puncaknya yaitu Training Day yang membawa Denzel Washington meraih Oscar. ada beberapa adegan pertempuran yang cukup 'gory' sehingga memang harus lebih bijaksana.  Memang tidak 'sekejam' Saving Private Ryan, namun kekejaman perang yang ditampilkan cukup kuat. Kekejaman perang dilihat dari mata Norman, sang 'prajurit' hijau juru ketik yang ditempatkan di garis depan medan tempur jelas sangat menyakitkan. Jika dalam Saving Private Ryan daerah yang harus dipertahankan adalah jembatan, maka dalam film ini wilayah yang harus dipertahankan adalah sebuah persimpangan jalan yang memiliki fungsi strategis. Bradd Pitt yang 'berlatih' film perang di Inglourious Basterds menjadi pemimpin yang disegani dan menjadi panutan dari anggota timnya yang mengingatkan juga pada Kapten John Miller yang diperankan Tom Hanks pada Saving Private Ryan. John Bernthal sebagai Conn-Ass bermain impresif sebagai kru dari Fury yang memiliki rasa kesetiakawanan tinggi dan rasa iri yang terkadang kekanakan. Shia LeBeouf berusaha total untuk melepaskan imagenya sebagai Sam Witwicky dalam Transformers dan cukup berhasil. 

Film yang sedikit lambat di bagian awal terbayar setelah berjalan 15 menit dengan intensitas pertempuran kejut dan melandai lagi, kemudian dengan misi yang berjalan pelan namun memiliki tingkat ketegangan yang lumayan. Dalam beberapa review, Fury memperoleh sambutan yang bagus dari beberapa pengamat. Setidaknya dalam film ini masih bisa diambil pelajaran bahwa para prajurit (demikian juga dengan pejuang negeri ini) bertempur tanpa peduli dengan diri mereka. 'Ideals are peaceful, History is violent' itulah prinsip yang dipegang prajurit yang telah banyak makan asam garam pertempuran seperti Wardaddy.


Film ini gue rating 4 bintang dari 5 bintang...

Keep Rolling... Selamat Menikmanti... Have a Agreat Watch...!!!
 

Jumat, 17 Oktober 2014

3 Nafas Likas

3 Tarikan Nafas yang Hilang



Merupakan film biografi dari Pahlawan Nasional Alm. Letjen (Purn) Djamin Ginting dan Likas br Tarigan, sang istri yang dituturkan dari sisi sang istri anak bangsa besutan sutradara Rako Prijanto produksi Oreima Films dengan mengambil setting lokasi di Indonesia dan Kanada. 

Sinopsis Gue :

Likas usia senja (Tuti Kirana) yang sedang berlibur di daerah pegunungan yang terpencil bersama keluarga besarnya ditemui oleh seorang penulis yang hendak melakukan wawancara tentang memoar terhadap Likas. Dari momen itulah Likas mengenang jalan hidupnya sejak anak-anak (Tissa Biani Azzahra) yang bercita-cita jadi guru karena melihat betapa enaknya jadi guru pada jaman itu, melanjutkan pendidikan untuk menjadi guru dengan dukungan penuh dari sang ayah (Arswendi Nasution) namun mendapat tentangan keras dari sang bunda (Jajang C. Noer). Kematian sang bunda membuat Likas muda (Atiqah Hasiholan) guncang karena kedekatan emosional yang dalam. Dalam perjalanan hidupnya, Likas dipertemukan dengan seorang pemuda bernama Djamin Ginting (Vino G. Bastian) yang dengan gigih mencoba mengambil hati Likas karena kagum akan keberanian Likas mengemukakan pendapat atas kesamaan hak wanita dengan laki-laki. Pendekatan pemuda Ginting tidak bisa lancar karena pecah perang kemerdekaan dimana pemuda Ginting memimpin pasukan pejuang Sumatera Utara dan Karo. Hubungan pamuda Ginting sempat ditentang oleh keluarga Likas, namun dengan ketetapan hati, pemuda Ginting berhasil meminang Likas dengan mas kawin 1000 gulden atas permintaan dari pihak keluarga Likas. Tak sempat merayakan resepsi pernikahan, pecah Agresi Militer Belanda yang membuat pemuda Ginting kembali meninggalkan Likas untuk berjuang.  Tempat pengungsian Likaspun digempur oleh Belanda yang memaksa Likas memimpin penduduk sipil mengungsi ke hutan. Selesainya perang dan diakuinya kedaulatan Republik Indonesia membuat karir pemuda Ginting menjadi naik yang pada akhirnya menjadi Pangdam Bukit Barisan. Karir yang meningkat itu memaksa Likas untuk merevisi penampilan, gaya bicara dan gaya berjalannya agar pantas dilihat oleh para anak buah Panglima. Pasa masa pemerintahan Soeharto, Letnan Jendral Djamin Ginting ditunjuk menjadi Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh di Kanada yang berarti harus melepaskan karirnya di dunia militer. Hal ini membuat Djamin Ginting gundah karena darah militernya harus dikuburkan dalam-dalam mengemban tugas sebagai Dubes.  Likas sebagai istri Dubes aktif mengadakan berbagai acara di lingkungan kedutaan yang melibatkan wanita Indonesia di Kanada. Hingga pada suatu masa, Djamin Ginting meminta Likas kembali ke Indonesia untuk membawa surat permohonan kembali ke Indonesia untuk disampaikan ke Soeharto.  Tak lama setelah Likas sampai di Indonesia dan menyerahkan surat tersebut, sang suami wafat di Kanada dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta.

Review Gue :

Kisah tentang Alm Letjen (Purn) Djamin Ginting ini lebih banayak dituturkan dari sisi sang istri, yaitu Likas br Tarigan, sehingga memang sentral cerita ada pada sang istri, bukan tentang sepak terjang sang Pangdam Bukit Barisan pertama. Namun melihat bagaimana kerasnya Likas dalam kehidupannya, bisa dilihat pula kerasnya Djamin Ginting dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Film ini memiliki cerita yang umum, tidak terlalu istimewa dari sisi penceritaan. Yang luar biasa adalah sinematografi yang ditampilkan. Orisinalitas detail pelengkapan sejak tahun 1930-an hingga 1970-an berusaha keras ditampilkan dan hal tersebut luar biasa sehingga patut diberikan apresiasi lebih.  Serangan mendadak dari pesawat Belanda memang nampak mengingatkan pada film Pearl Harbor-nya Michael Bay. Adegan spesial efek serangan pesawat yang menyerbu melintasi sungai memang dimaksudkan untuk mendramatisasi namun menjadi agak 'over' karena posisi pesawat yang terlalu rendah tanpa adanya efek turbulensi pada 'korban' di sungai. Namun syuting yang mengambil lokasi di Bakkara dan Dolok Sanggul (Kab. Humbang Hasundutan), Berastagi, Kabanjahe, Tebing Tinggi, Pamah Semilir dan Kota Medan berhasil menangkap panorama lansekap yang luar biasa indah. 

Atiqah Hasiholan sudah menunjukkan kelasnya sebagai wanita Karo yang berkemauan keras. Demikian juga dengan Vino G Bastian yang  bertransformasi maksimal dengan logat Karo nya yang kental di 90% filmnya. Arswendi Nasution pun bermain prima. Tak diragukan pula Jajang C. Noer sebagai ibunda Likas yang keras kepala namun rapuh.  Tapi kalo boleh memuji, penampilan Tissa Biani Azzahra sebagai Likas kecil  - lah yang benar-benar menjadi 'scene stealer'.  Ada secuil pertanyaan: mengapa Likas usia senja tidak diperankan oleh Atiqah sendiri? Tentunya dengan 'total makeover' sehingga tidak terjadi emosi yang 'lompat' antara Likas muda, Likas dewasa dan Likas usia. Bagaimanapun film ini merupakan karya yang bagus dan layak diapresiasi sebagai film yang memberikan penjelasan salah satu pelaku sejarah kemerdekaan Indonesia.

Gue rating film ini 4 bintang dari 5 bintang ...

Keep Rolling... SElamat Menikmati... Have a Great Watch...!!! 

Rabu, 15 Oktober 2014

The Judge

Harga Diri sang Ayah, Ego sang Anak




Merupakan film Drama besutan sutradara David Dobkin, produksi Village Roadshow Pictures - Team Downey - Big Kid Pictures dengan distribusi oleh Warner Bros. Film ini menghabiskan bujet USD 50 juta.


Sinopsis Gue :

Hank Palmer (Robert Downey Jr.) adalah pengacara terkenal di Chicago. Tak ada perkara yang tidak dapat dimenangkannya.  Suatu hari dalam suatu persidangan, Hank menerima telepon bahwa sang ibu wafat. Setelah meminta ijin penundaan sidang, Hank terbang menuju kampung halamannya di Carlinville, Indiana.  Suasana duka terasa di keluarga Hank, namun terasa kaku karena sang ayah Hakim Joseph Palmer (Robert Duvall) yang  menjadi Hakim yang disegani di kota tersebut  memang mendidik anak-anak mereka dengan keras. Sang adik Glen Palmer (Vincent D'Onofrio) memaklumi situasi kaku tersebut, sementara si bungsu dari keluarga Dale Palmer (Jeremy Strong) yang menderita keterbelakangan mental nampak tidak terlalu terganggu dengan kekakuan sang ayah.  Keadaan kaku terus berlanjut sampai Hank hendak kembali ke Chicago, namun kembalinya Hank menjadi tertunda karena sang ayah ditahan oleh pihak kepolisian  karena dituduh membunuh Mark Blackwell (Mark Kiely) dalam bentuk tabrak lari. Sidang pun dilakukan untuk menentukan bersalah tidaknya sang ayah. Hank yang semula menawarkan diri menjadi pengacara ayahnya ditolak dan menunjuk C.P. Kennedy (Dax Shepard) sebagai pembelanya. Pada akhirnya C.P meminta Hank untuk menjadi pembela utama sang ayah karena C.P merasa tekanan terhadapnya terlalu tinggi. Adapun sang Jaksa Penuntut yaitu Dwight Dickham (Billy Bob Thornton) nampak penasaran ingin agar hakim Joseph didakwa bersalah atas kematian Blackwell karena selama ini mengetahui reputasi Hank di Chicago yang tidak pernah kalah dalam persidangan. Dalam menemani sang ayah dalam manghadapi kasus, terungkaplah beberapa rahasia Hakim Joseph yang tidak ingin diketahui oleh siapapun karena menyangkut harga diri dan kredibilitasnya sebagai Hakim yang disegani di kota tersebut. Seiring waktu, seiring berbagai pertengkaran, plus hubungan romantis CLBK antara Hank dengan Samantha Powell (Vera Farmiga) yang bersemi namun kompleks membuat Hank semakin menyadari kondisi sang ayah dan egonya sebagai pengacara handal.


Review Gue :

Inilah Star Wars... Selain Robert Downey Jr., lihatlah Robert Duvall, Vincent D'Onofrio dan Billy Bob Thornton.  Star disini bukanlah pemeran yang bertarif mahal, namun karena hampir semua pemeran utama adalah pemain watak sehingga nampak 'pertarungan' mereka di depan kamera. Memang beberapa kritisi menganggap bahwa drama ini tidak digali dengan lebih baik sehingga kurang gregetnya. Namun untuk David Dobkin yang baru kali ini menangani film drama murni merupakan tantangan besar. Memang Robert Downey masih nampak seperti Tony Stark berbalut jas pengacara, namun inilah Robert. Kecerdasannya dalam bertutur tetap menjadi daya tarik utama. Robert Duvall pun tampil prima, lihat perubahan karakternya dari seorang hakim yang memiliki pengaruh dan harga diri yang tinggi berubah menjadi seorang tua lemah yang merayap untuk muntah dan mengigau tak keruan karena penyakitnya, dan kembali memiliki harga diri sebagai saksi dan terdakwa di kursi pesakitan pengadilan. Vincent D'Onofrio yang memang perannya sangat kecil cukup dapat mengimbangi Robert.  Jangan lupa pula Billy Bob Thornton yang berperan sebagai Jaksa Penuntut Umum dengan ciri dingin dan khas gelas metal lipat yang selalu dibawanya kemana-mana.  Tarakhir, Vera Farmiga yang diberikan kesempatan beradu dengan bintang watak tersebut walaupun tidak dalam satu scene, tentunya akan mengangkat 'kemampuan' nya dalam film-film berikutnya. 

Film ini gue rating 4 dari 5 bintang...

Keep Rolling... Selamat Menikmati... Have a Great Watch...!!!         


Strawberry Suprise

Keengganan untuk Ditinggalkan


Merupakan film drama romantik karya Hanny R. Saputra, adaptasi dari buku berjudul sama karangan Desi Puspitasari, produksi Starvision, dengan setting dua kota besar, Bandung dan Jokjakarta.

Sinopsis Gue :

Aggi (Acha Septriasa) nampak ragu dengan hiasan paes yang sudah siap dan acara pernikahan telah menunggunya. Keraguannya memuncak dan dia memutuskan keluar dari kamarnya, lari menuju tempat dia biasa berada saat gundah. Berdiri di tepian jembatan yang tepat disebelah jalur kereta lintas Jawa, menaiki pegangan jembatan, berbalik badan dan melemparkan diri ke bawah jembatan. Bunuh diri? Itu adalah prolog dari cerita yang berpola flashback-now dengan cukup rapat. Aggi adalah seorang kurator galeri di kota gudeg yang memiliki hubungan yang cukup rumit dengan Timur (Reza Rahadian), fotografer yang bekerja dan berdomisili di kota kembang. Pertemuan antara Timur dan Aggi pada sebuah mini jam session di galerinya Aggi 5 tahun lalu berbuah suatu hubungan percintaan. Namun karena jarak yang terpisah, mereka terputus. Dalam kurun waktu 5 tahun tersebut, Timur mencoba menjalin hubungan dengan Inda (Olivia Jensen).  Pesona Aggi tidak dapat dienyahkan dari Timur sehingga setelah 5 tahun, Timur menemui Aggi kembali dengan mengirimkan buku sebagai tanda bahwa Timur masih menunggu Aggi.  Pertemuan awal mereka dihiasi dengan saling bercerita tentang mantan-mantan kekasih mereka selama 5 tahun belakangan.  Beberapa kekasih Aggi yang ternyata bermasalah menghiasi hubungan percintaan Aggi.  Sementara Timur hanya sekali menjalin hubungan percintaan dengan Inda. Sifat Aggi yang keras dalam hubungan kali ini membuat Timur menjadi bermasalah dengan pekerjaannya yang membuat Timur dikritik oleh rekan-rekan sekerjanya. Namun cinta mengalahkan segalanya, dengan mengorbankan pekerjaannya, Timur menyusul Aggi untuk menjalani hubungan yang lebih tinggi lagi. Aggi pun akhirnya menyadari bahwa dia harus menekan egonya agar dapat menerima Timur dengan kondisi apa adanya, tanpa harus sesuai dengan tuntutan Aggi. 

Review Gue :

Setelah berduet dalam Test pack : You're My Baby, Reza Rahadian - Acha Septriasa melanjutkan kembali kolaborasi mereka dalam film ini. Kalimat Aggi berupa "pernahkah kau mengunyah buah strawberry? Berharap buah strawberry yang merah cerah itu manis sekali, tapi ternyata asam luar biasa. Lalu kamu mengambil starwberry berikutnya berharap kamu akan lebih beruntung. bagaimana? Bagaimana kamu bisa tahu bahwa cinta yang berikutnya kaan mengantarmu pada kahidupan yang lebih manis?"  Kalimat tersebut mengingatkan kita pada Forrest Gump. hanya menggunakan terminologi coklat. Pola filmnya yang beralur bolak-balik tentunya akan sedikit membuat bingung karena tidak ada perubahan pada Timur, untungnya pada Aggi dibedakan dengan adanya poni pada hubungan mereka 5 tahun lalu. Bukannya tidak mungkin kelak Reza Rahadian - Acha Septriasa menjadi duet layaknya Tom Hanks - Meg Ryan nya Indonesia. Chemistry diantara mereka cukup padu dalam satu scene. Nyaman melihat mereka dalam layar seperti tidak dalam akting layaknya.  Sinematografi sudah bagus walaupun lebih berat pada 'eksploitasi' Jokja daripada Bandung. Bandung hanya lebih banyak dilihat pada malam hari dengan hiasan sekelompok pengamen punk di perempatan lampu merah yang dilalui oleh Timur setiap hari. Olivia Jensen cukup bagus sebagai Inda yang lebih nrimo terhadap kondisi percintaan, tapi ya tetap terlindas oleh Reza-Acha yang dominan. Namun ternyata Sita Nursanti  sebagai pemilik galeri dan 'kakak' dari Aggi mampu mencuri perhatian, demikian juga dengan Ibnu Jamil yang bertingkah tengil. 

Bagaimanapun film Indonesia sudah semakin beragam dengan penggarapan yang lebih serius dan pemeran yang lebih beragam dan berkelas sehingga bisa lebih dinikmati. Semoga semakin banyak lagi karya-karya yang dihasilkan sehingga bisa menjadi tuan di tanah sendiri.

Film ini gue rating 3,5 dari 5 bintang...

Keep Rolling... Selamat Menikmati... Have a Great Watch...!!!

Selasa, 14 Oktober 2014

GARUDA 19

Perjuangan Menuju Piala Dunia





Diangkat dari Buku berjudul Semangat Membatu karya FX Rudi Gunawan dan Guntur Cahyo Utomo dan Buku berjudul Menolak Menyerah karya FX Rudi Gunawan. Merupakan produksi ke 14 dari Mizan Productions dan disutradarai oleh Andibachtiar Yusuf.

Sinopsis Gue :

Garuda Muda U-19 yang saat ini tengah menjadi Kebanggan Bangsa Indonesia ternyata dibentuk dengan perasan keringat dan air mata yang tidak sedikit.  Adalah Indra Sjafrie (Mathias Muchus), pelatih sepakbola yang mencari bibit muda dengan cara mencari langsung bibit tersebut langsung ke daerah asal dengan mengandalkan informasi dari lingkungan sekitar bahkan rekomendasi dari tukang ojek untuk menjaring skuad sepakbola nasional U-19 untuk ditempurkan di ajang Piala Dunia U-20.  Perjalanan 'blusukan' Coach Indra dibantu dengan 3 orang asistennya berhasil mengumpulkan skuad dari pelbagai daerah. Perjalanan membentuk skuad yang tidak mudah, menyatukan berbagai karakter dari beberapa daerah dengan karakter yang saling bertolak belakang, dualisme kepemimpinan PSSI yang menyebabkan nasib skuad U-19 terkatung-katung bahkan hingga harus tidur di masjid karena pesanan 'hotel' untuk mereka belum masuk waktu benar-benar merupakan kawah candradimuka.  Hasil yang diperoleh dari penderitaan tersebut adalah menjadi pemenang kejuaraan AFF U-19 yang telah 22 tahun pergi.

Review Gue :

Film ini patut diapresiasi sebagai bahan renungan, inspirasi bagi kaum muda dan introspeksi bagi para pejabat birokrat negara.  Film dokudrama yang dibuat mengalir pelan namun tidak kehilangan esensi 'penderitaan' para Garuda Muda dalam menempa diri.  Kalimat coach Indra bahwa "Janganlah berhitung kepada Negara, tidak elok berhitung kepada negara" merupakan tamparan keras bagi para penggeragot negara dengan jas, dasi dan kopiah mereka berkhotbah tentang nasionalisme sementara skuad Garuda Muda tersebut harus makan nasi bungkus setengah porsi dan tidur di emperan masjid.

Semakin banyak film Indonesia yang cukup menggigit dalam mengambil tema dan kisah. Adaptasi dari kedua buku tersebut cukup lancar bertutur. Ada emosi, ada luapan amarah tertahan tak berdaya, ada tekad yang tertunda karena cedera. Pemeran-pemeran muda pun bermain wajar tanpa terlalu dibuat-buat.  Cukup mengejutkan juga bahwa mereka bermain cukup natural dan komikal.  Bahkan jika dibandingkan dengan bintang sinetron papan atas berongkos mahal sekalipun, akting mereka jauh lebih natural.  Semoga akan lebih banyak lagi film-film Nusantara yang bisa bercerita tentang kita, tentang Nusantara. Tidak hanya hantu legenda yang malah mengurangi 'wibawa' sang urban legend ataupun hanya teriakan-teriakan histeris dari wanita sekarat yang ber-tank top dambil berlalri-lari menghindari kejaran hantu yang kelelahan mencari mangsa.

Gue kasih 3,5 bintang dari 5 bintang...

Keep Rolling... Selamat Menikmati... Have a Great Watch...!!!    


Open Windows

Hacker yang di Hack





Merupakan film Spanyol karya Nacho Vigalondo dengan pemain utama Elijah Wood dan Sasha Grey

Sinopsis Gue :

Nick (Elijah Wood) adalah pemilik Blog penggemar dari artis Jill Goddard (Sasha Grey) yang disebutkan memenangkan hadiah bertemu langsung dengan Jill dalam acara Makan Malam dengan sang bintang.  Namun setelah Nick samapi di hotel, diberitahukan bahwa acara tersebut dibatalkan tanpa alasan yang jelas sehingga membuat Nick menjadi kecewa berat. Kekecewaan Nock sedikit terobati saat Chord (Neil Maskell) yang mengaku sebagai manajer dari Jill menawarkan akses tak terbatas kedalam kehidupan Jill yang bisa terpantau setiap saat dari komputer oleh Nick.  Tanpa disadari, tawaran tersebut membawa Nick kedalam peristiwa yang membuat nyawa Jill terancam.  Nick berusaha sekuat tenaga untuk membenahi masalah tersebut dengan Chord yang terobsesi mencelakakan Jill.

 Review Gue :

Film ini termasuk film indie yang diikutsertakan di beberapa festival, sehingga gaung komersialnya tidak sebesar film Hollywood.  Cerita yang ditawarkan termasuk baru dengan beberapa twist yang cukup konspiratif. Namun mungkin karena bujet yang terbatas, ekspolitasi dari film ini tidak bisa maksimal sehingga ada beberapa hal yang terpaksa dipadatkan atau dituntaskan dengan ending yang dipaksakan (maunya ending yang menggantung).  Elijah Wood yang kerap berperan sebagai pria peragu tidak kesulitan menjadi karakter Nick, memang agak meloncat dengan maksud twist di bagian akhir film, tapi ya itu tadi, berhubung film ini merupakan film indie, masih banyak pemakluman yang diberikan. Point lebih justru diberikan kepada Sasha Grey yang selama ini terkenal sebagai bintang film porno. Sasha bersedia merubah jalur kariernya ke film yang lebih 'serius' dan memulainya dari film indie.  Belum nampak karakter yang dibawakannya selain sebagai wanita yang menjadi korban incaran pembunuh, namun mungkin akan cukup sebagai referensi karirnya kelak.

Film ini gue rating 2,5 dari 5 bintang...

Keep Rolling... Selamat Menikmati... Have a Great Watch...!!!  

Let's Be Cops

Enaknya jadi Polisi Gadungan


Merupakan film buddy komedi-aksi karya Luke Greenfield, produksi Wide Awake dengan distribusi oleh 20th Century Fox. Dibuat dengan bujet USD 17juta dan menghasilkan USD 111 juta pada sampai awal Oktober 2014.

Sinopsis Gue :

Ryan O'Malley (Jake Johnson) dan Justin Miller (Damon Wayans Jr) adalah dua sahabat karib yang sama-sama memiliki kekurangan dalam perjalanan karir mereka. Ryan yang tadinya atlet footbal berbakat terpaksa harus mundur karena cedera yang dideritanya, sementara Justin adalah seorang programmer video game yang kerap dianggap remeh oleh rekan dan atasannya.  Hingga suatu saat berlangsungnya acara pesta kostum, mereka manggunakan kostum Polisi asli dan ternyata pada saat berjalan-jalan masyarakat sekitar menganggap bahwa keduanya adalah polisi sungguhan. Saat itulah mereka mulai terbawa dengan suasana bahwa mereka layak menjadi polisi sungguhan, karena bahkan polisi asli pun menganggap Ryan dan Justin adalah polisi asli.  Hingga pada suatu saat terdapat komplotan mafia Albania pimpinan Mossi Kasic (James D'Arcy) yang memeras restoran dan dihalangi oleh Ryan dan Justin yang 'kebablasan' , membuat Mossi merasa kegiatan mereka dihalangi oleh polisi dan bermaksud untuk menyingkirkan mereka. Usaha Ryan dan Justin untuk memberikan perlawanan tidaklah mudah karena ternyata Mossi dibekingi oleh petinggi polisi yang korup, belum lagi hubungan Justin dengan Josie (Nina Dobrev), pelayan resto yang dibela Justin ternyata jatuh hati dengan Justin yang dikira polisi sungguhan membuat suasana jadi rumit.  Atas bantuan Pupa (Keegan-Michael Key), Ryan mencoba masuk ke dalam jaringan mafia tersebut walaupun dilarang keras oleh Justin. Pertempuran pun terjadi tidak seimbang antara mafia dan 'polisi' tersebut. Untunglah bantuan dari Petugas Polisi Segars (Rob Riggle) membuat mereka bisa tertolong.

Review Gue :

Ini adalah film komedi yang dibumbui aksi laga, bukan seperti franchise Lethal Weapon yang lebih serius. Harap dimaklumi bahwa Jake Johnson dan Damon Wayans Jr adalah jebolan dari pengisi Saturday Night Live sehingga yang terjadi adalah kekonyolan demi kekonyolan sepanjang film ini.  Luke Greenfield yang sebelumnya pernah menggarap film komedi romantis Something Borrowed (2011) tidak menemui kesulitan dalam mengarahkan dua komedian ini.  Lagipula, sebagian besar kalimat-kalimat dalam film ini merupakan hasil improvisasi dari mereka. Diantara film Hollywood yang penuh dengan spesial efek dan bentuk kolosal, film ini cukup menjadi hiburan pelepas penat walau dari sisi cerita terlalu ringan dan kurang berisi. Namun 'lempar-lemparan' kata diantara Jake dan Damon cukup menyegarkan. Untungnya musik yang ditangani oleh Cristophe Beck cukup menyegarkan. Cristophe telah memilki record cukup banyak dalam mengisi musik di beberapa film kelas A Hollywood semisal The Hangover I, II dan III, Frozen, RED dan The Muppets.

Film ini gue rating 2,5 dari 5 bintang...

Keep Rolling... Selamat Menikmati... Have a Great Watch...!!!

Kamis, 09 Oktober 2014

Dracula Untold

Sebelum Pangeran menjadi Legenda




Diangkat berdasarkan Novel karya Bram Stoker berjudul Dracula yang diimprovisasi.  Film ini merupakan debutan karya Gary Shore yang sebelumnya membuat film pendek The Draft (2006) dan trailer The Cup of Tears.  Produksi Legendary Pictures - Relativity Media dan Michael De Luca Productions, Distribusi oleh Universal Studios. Dibuat dengan bujet USD 100 juta.




Sinopsis Gue :

Pada periode abad 15 Masehi, Pangeran Muda dari Transylvania bernama Vlad Tepes (Luke Evans) hidup damai bersama sang permaisuri Mirena (Sarah Gadon) dan putra tunggalnya Ingeras (Art Parkinson).  Namun kedamaian tersebut tidak berlangsung lama saat datang Sultan Mehmed II (Dominic Cooper) dari Turki yang menjajah Rumania meminta agar Vlad menyerahkan 1000 anak-anak untuk diserahkan ke Turki untuk dijadikan prajurit Turki  dan Putra tunggalnya untuk dibawa ke Turki oleh Sultan Mehmed II.  Demi melindungi keluarga dan kerajaannya, Pangeran Vlad mencari segala cara agar Sultan Mehmed II dapat dikalahkan sehingga keluarga dan kerajaannya tatap dapat dipertahankan.  Rasa putus asa membawa Pangeran Vlad bertemu dengan Evil Witch (Charles Dance) yang merupakan moster iblis dan membuat perjanjian dengannya dengan imbalan akan menjadi kaum dari Evil Witch.  Pangeran Vlad menerima perjanjian tersebut dan berhasil mengalahkan pasukan dari Sultan Mehmed II, namun dengan konsekuensi yang mengerikan yang menyebabkan Pangaran Vlad berubah menjadi legenda yang dikenal hingga sekarang, Dracula.


Review Gue :

Pemirsa film ini agar menggarisbawahi bahwa film ini murni semata hanya hiburan dan bukanlah fakta sejarah mengingat ada beberapa ornamen dan atribut Islam yang sempat muncul dalam beberapa scene.  Sejarah mencatat bahwa Pangeran Vlad III memang pernah ada pada tahun 1440-an yang merupakan Pangeran dari Wallachia (wilayah di Rumania) dan terkenal akan kekejamannya sehingga dijuluki Vlad The Impaler.  Vlad III memang berkonfrontasi dengan Sultan Mehmed dari  dinasti Usmaniyah (Ottoman) Turki, dan terjadi pertempuran besar pada kisaran tahun 1447 dimana Vlad III tewas. Sultan Mehmed sendiri daalam pertempuran tersebut dibantu oleh Sang Panglima Perang bernama Radu yang tenyata adalah adik Vlad III yang berpindah agama masuk Islam.

Dracula Untold adalah dramatisasi dari sejarah yang dicampur dengan novel karya Bram Stoker yang legendaris, sehingga sangat disarankan dinikmati dari sisi penceritaan tanpa melihat sisi agama yang memang tidak ditonjolkan dalam film ini. Luke Evans yang memang memiliki penampilan yang mendekati dengan Pangeran Vlad didapuk menjadi pemeran utamanya. Spesial efek yang ditampilkan cukup mamukau walau tidak ada sesuatu yang baru.  Perubahan wujud Vlad menjadi puluhan kelelawar saat menyerbu pasukan Turki tidak terasa istimewa tertimpa hiruk pikuk pertempuran dan editing yang kelewat rapat. Dominic Cooper sebagai Sultan Mehmed III cukup membawa nuansa kerajaan Turki yang menaklukan Rumania hanay nampak ruang geraknya dibatasi.  Charles Dance sebagai Evil Witch malah nampak seperti Nosferatu abad 21 dengan make up prostetiknya, sehingga agak kurang greget 'seram'nya.  

Untunglah pengambilan gambar yang dilakukan di Irlandia Utara memiliki lansekap yang indah dan kesan misteri yang kuat sehingga cukup membawa kita ke nuansa Eropa pada abad 15.  Music dari Ramin Djawadi terdengar agak hiruk pikuk tumpang tindih pada saat pertempuran namun cukup menyayat pada saat tragedi yang terjadi di keluarga Vlad.  Film ini cukup menghibur dan Gary Shore sebagai sutradara debutan cukup berhasil dalam mengarahkan film ini.

Gue kasih rating 3 dari 5 bintang...

Keep Rolling...  Selamat Menikmati... Have a Great Watch...!!! 
 
 

Rabu, 08 Oktober 2014

Annabelle

Terror Boneka Horor



Merupakan film horor yang disutradarai oleh John R. Leonetti, diproduseri James Wan.  Film ini bisa disebut juga sebagai prekuel atau spin off dari The Conjuring. Diproduksi oleh New Line Cinema dan The Safran Company, didistribusikan oleh Warner Brothers. Dibuat dengan bujet USD 5 juta dan meraup pendapatan USD 60 juta.

Sinopsis Gue :

John Gordon (Ward Horton) dan Mia Gordon (Annabelle Wallis) adalah keluarga muda yang tengah menikmati kelahiran putri baru mereka di lingkungan yang baru. Ketenangan dan kebahagiaan mereka berubah saat sepasang muda-mudi menerobos masuk ke rumah mereka dan bermaksud membunuh mereka. Usaha pembunuhan tersebut gagal dan pasangan pembunuh tersebut berhasil dilumpuhkan oleh polisi, namun tetap memakan korban tetangga mereka. Tanpa mereka sadari, boneka antik milik mereka ternyata telah 'menyerap' darah pembunuh tersebut sehingga boneka tersebut menjadi 'hidup' dan menghantui John & Mia.  Berbagai upaya dilakukan untuk melenyapkan pengaruh jahat tersebut, bahkan meminta bantuan Pendeta Perez (Tony Amendola) namun tetap tidak membuahkan hasil.  Atas pertolongan Evelyn (Alfre Woodard) lah kekuatan hitam boneka tersebut bisa disingkirkan dari keluarga John & Mia namun dengan pengorbanan yang sangat besar.

Review Gue :

Suksesnya The Conjuring membuat New Line bermaksud untuk membuat 'prekuel' tentang boneka yang berisi kekuatan supranatural tersebut. James Wan yang duku menggarap The Conjuring hanya memegang porsi sebagai produser saja mengingat ia 'naik pangkat' untuk membesut film dengan bujet yang jauh lebih besar yaitu Fast & Furious 7, sehingga penyutradaraan Annabelle diserahkan ke John R. Leonetti. Namun ternyata 'beda tangan beda rasa'. Annabelle hanya menjadi film horor yang sekedar memanfaatkan kesuksesan pendahulunya. Dari The Conjuring lah Annabelle menjadi lebih terangkat dan kemudian membuat 'peran sendiri'.  Secara alur cerita tak ada yang baru dan istimewa dari Annabelle. Hanya ada satu moment yang cukup mengejutkan, yaitu saat Mia melihat seorang anak perempuan di seberang kamar, tiba-tiba berlari melintasi kamar menuju Mia dan tiba-tiba berubah menjadi wanita dewasa berbaju putih dan berambut panjang (ternyata mirip dengan horor Indonesia) sambil menyerang Mia. Hanya itu. Selebihnya labih merupakan momen-momen kagetan dengan harapan ada teriakan takut dari penonton.  Mudah-mudahan dengan pengalaman ini John bisa meningkatkan talentanya sehingga bisa menyamai James Wan atau mungkin bisa sejajar dengan Sam Raimi (ingat Drag Me to Hell ?).

Film ini gue rating 2,5 bintang dari 5 bintang...

Keep Rolling... Selamat Menikmati... Have a Great Watch...!!!   


Jumat, 03 Oktober 2014

Haji Backpacker

Perjalanan Menuju Maaf sang Ayah





Merupakan produksi dari Falcon Pictures disutradarai Danial Rifki dengan pelakon Abimana Aryasatya, Dewi Sandra, Laudya Cynthia Bella, Laura Basuki, Pipik Dian Irawati, Dion Wiyoko, Kenes Andari dan Ray Sahetapy.

Sinopsis Gue :

Gemerlap kota Bangkok yang tak pernah tidur semakin meriah kala malam. Mada (Abimana Aryasatya) yang tengah menikmati malam terpaksa harus berkonflik dengan preman daerah sekitar yang membuatnya dikejar-kejar oleh preman tersebut sehingga harus hengkang dari negara gajah putih tersebut.  Sejak di Bangkok pun, tangisan Marbel (Laudya Cynthia Bella) agar Mada bisa menetap tidak didengar.  Pun demikian permintaan Si Mbak (Kenes Andari) dan sahabatnya (Dion Wiyoko) tidak mampu membuat Mada bisa kembali dari pelariannya dari tanah air, walaupun sang Ayah (Ray Sahetapy) diberitakan wafat di Tanah Suci Mekah bersamaan dengan mimpi Mada yang melihat sang Ayah melompat ke jurang dari hadapannya. Kabar kematian sang ayah dan perburuan preman Bangkok. Dari sinilah dimulai perjalanan 'spiritual' Mada yang menggugat Tuhan atas 'ketidakpatuhan' Tuhan atas permintaan Mada yang tidak tercapai membuat Mada mengingkari adanya kehendak Tuhan yang Maha Mengatur. Kabur dari Thailand, Mada terdampar ke Hanoi-Vietnam dan 'terlempar' ke Li Jiang-China. Di Desa Indah Li Jiang, Mada diselamatkan oleh Suchun (Laura Basuki) yang ayahnya merupakan pemuka Muslim dan juga tabib di desa tersebut. Setelah merasa lebih baik, Mada melanjutkan perjalanan ke kota yang dipertemukan dengan tetangga warung tempat Mada bekerja bahwa jika Mada ingin tahu tentang apa arti pencarian Mada, dapat menemui sang Guru di India. Dari situ Mada menuju India dengan melintasi negara Nepal dan Tibet. Sesampai di Ajmer-India, Mada bertemu dengan dengan Guru Sufi bernama Zyed Salman Chishty.  Dari Guru Zyed lah Mada mulai kembali mengakui keimanan dirinya yang menghilang sekian lama. Dari mimpi yang menghampiri Mada terungkaplah mengapa Sofia (Dewi Sandra) meninggalkan Mada. Perjalanan berlanjut untuk 'menemui' sang Ayah. Saat melewati Balochistan - Iran, Mada tertangkap oleh kelompok pemberontak. Pimpinan Pemberontak (HB Naveen) mencurigai Mada sebagai mata-mata Israel sehingga mengancam nyawa Mada. Sang Pemimpin yang awalnya tidak percaya bahwa Mada muslim, memerintahkan Mada membaca ayat suci dalam Al Qur'an. Bacaan tersebut menyelamatkan Mada, malah oleh sang pemimpin diberikan akses ke Arab Saudi melalui laut oleh rekannya. Perjalanan panjang Mada akhirnya sampai pada saat bersimpuh mencari makam sang ayah.


Review Gue:

Perlu diketahui, cerita ini bukanlah tips bagaimana cara naik haji dengan cara backpacking. Film ini merupakan perjalanan spiritual sang tokoh utama dalam mencari jawaban atas gugatannya terhadap Tuhan yang tidak 'mampu' mengabulkan permintaannya. Abimana Aryasatya berperan cemerlang sebagai Mada, pemuda pemberontak yang melarikan diri dari kondisi asalnya karena kecewa atas takdir yang menimpanya. Bermain ringan, nampak karakter Mada  yang cerdas, tegar namun sinis terhadap kehidupan seolah memang dibuat untuk Abimana. Laura Basuki patut diberikan pujian atas usahanya menyatu sebagai muslimat yang menyelamatkan Mada di desa Li Jiang-China. Suchun yang selalu penasaran dan tidak pernah puas akan jawaban Mada membuat penonton merasa terwakili dengan pertanyaan-pertanyaan Suchun. Scene stealer yang tak terduga adalah sang pemberontak yang diperankan oleh HB Naveen, yang juga bertindak sebagai produser. Dengan kesungguhannya dibimbing oleh acting coach selama 30 hari, nampak Naveen bertransformasi menjadi pemimpin pemberontak yang paranoid.  Alur cerita yang sebenarnya cenderung biasa menjadi lebih berwarna dengan polesan dari Jujur Prananto yang cukup senior berkecimpung di dunia penulisan naskah. Nilai tertinggi diberikan kepada Sinematografinya.  Alur cerita yang biasa tertebus dengan indahnya panorama di tiap negara yang menjadi persinggahan. Bahkan di Indonesia pun bisa ditangkap dengan segala keindahan dalam kepadatannya, juga di Bangkok-Thailand. Ada beberapa yang mengganjal semisal, sebegitu nekatnya-kah Sofia kabur dari jendela dengan untaian kain yang panjang, agak hiperbolik jadinya. Juga CGI Mada di balon udara yang kadang 'slip' dengan layar.  Namun semuanya bisa ditebus dengan keindahan tangkapan kamera di setiap negara yang dilalui oleh Mada.

Film ini gue rating 4 bintang dari 5 bintang...

Keep Rolling... Selamat Menikmati... Have a Great Watch...!!!