Selasa, 23 Desember 2014

Paddington

Petualangan Teddy Bear-nya Inggris



Merupakan film Inggris debutan sutradara Paul King yang diadaptasi dari buku seri berjudul Paddington Bear karya Michael Bond. Produser oleh David Heyman. Produksi Heyday Films-Studio Canal dengan distribusi oleh Studio Canal. Film dengan durasi 95 menit ini berbujet USD 50 juta.


Sinopsis Gue :

Di suatu tempat di tengah hutan belantara di Peru, terdapatlah suatu kelompok beruang yang memiliki intelejensia diatas rata-rata hewan sejenisnya. Sang pengelana yang bernama Motgomery Clyde terkesan dengan kelompok beruang tersebut dan mengajak mereka untuk ikut ke Inggris, namun Pastuzo (Michael Gambon) dan Lucy (Simon Farnaby) memilih tetap di hutan. Hingga suatu saat terjadi gempa dahsyat yang mengguncang hutan tersebut. Pastuzo hilang tak tentu rimbanya, hanya topi merahnya saja yang tertinggal. Adapun sang keponakan diminta oleh Lucy untuk pergi ke Inggris agar bisa tinggal dengan Montgomery Clyde. Perjalanan yang dilakukan sang keponakan tidak semudah yang dibayangkan. Di sebuah stasiun, ia terdampar dan ditemukan oleh keluarga Brown. Oleh keluarga Brown, beruang kecil tersebut diberi nama Paddington (Ben Whishaw), sesuai dengan nama stasiun kereta tempat beruang itu ditemukan.  Henry Brown (Hugh Bonneville) bersikeras bahwa Paddington hanya boleh tinggal sementara saja sambil melacak keberadaan Montgomery. Berbagai keingintahuan dan keusilan Paddington sering membuat Henry marah dan rumah menjadi sering berantakan.

Sementara itu terdapatlah seorang pengawet hewan bernama Millicent (Nicole Kidman) yang menemukan bahwa terdapat bahwa Paddington merupakan spesies langka yang harus dimiliki sebagai koleksi museumnya. Maka dimulailah perburuan Millicent untuk memiliki Paddington beserta seluruh daya upayanya yang licik agar Paddington bisa menjadi koleksi museumnya.


Review Gue :

Diangkat dari buku karya Michael Bond yang telah menulis tentang Paddington Bear sejak tahun 1958, tokoh ini merupakan kesayangan anak-anak di daratan Inggris Raya. Mungkin dapat dianalogikan dengan Winnie The Pooh ataupun Teddy Bear yang terdapat di Amerika Serikat. Sesuai dengan khazanah Film Inggris, film ini berjalan lembut tanpa banyak lonjakan-lonjakan, humornya pun lebih halus sehingga film ini memang ditujukan untuk anak-anak walaupun terdapat 'kenakalan' yang agak berlebihan. Tidak akan ditemui humor sarkas dan slapstik kasar seperti halnya film Ted  (2012). Untuk Nicole Kidman, ini merupakan peran kedua ia berperan jahat setelah sebelumnya berperan jahat di film Golden Compass (2007). Paddington sendiri dibuat secara full CGI tanpa menggunakan boneka. David Heyman sebelumnya telah dikenal menggawangi franchise Harry Potter sehingga cukup paham bagaimana membuat film dengan tema keluarga.

Film ini gue rating 3 bintang dari 5 bintang...

Keep Rolling... Selamat Menikmati... Have a Great Watch...!!!

Exodus: Gods and Kings

Moses versi Bale dan Scott




Sebuah film kolosal yang diinspirasi dari Bible karya sutradara Ridley Scott. Produser oleh Peter Chernin dan Ridley Scott. Produksi Chernin Entertainment-Scott Free Productions-Babieka-Volcano Films. Distribusi oleh 20th Century Fox, rentang waktu putar 150 menit dengan bujet USD 140 juta.


Sinopsis Gue :

Tahun 1300 Sebelum Masehi, Moses (Christian Bale) yang diangkat menjadi Jendral oleh Raja Seti I (John Turturro) berangkat ke medan perang bertempur melawan tentara Hittite. Dengan ditemani oleh Pengeran Ramses (Joel Edgerton) pertempuran tersebut dapat dimenangkan oleh bangsa Mesir pimpinan Jendral Moses. Namun ada yang cukup mengganggu  mereka karena sebelumnya telah diramalkan bahwa akan ada salah satu dari mereka yang terancam nyawanya, dan barangsiapa yang menyelamatkan maka dia yang akan menjadi pemimpin suatu bangsa. Moses menyelamatkan Ramses dari ancaman kematian serbuan tentara Hittite dan itu membuat Ramses gundah. Setelah Seti I wafat, maka Ramses diangkat menjadi Firaun dengan gelar Ramses II. Datanglah Hegep (Ben Mendelsohn) yang membisikkan Ramses bahwa Moses adalah anak Ibrani  yang seharusnya dibunuh sewaktu bayi karena akan mengancam tahta kerajaan Firaun. Hal tersebut membuat Moses dibuang dan diasingkan atas persetujuan Tuya (Sigourney Weaver) sang Ibu. 

Dalam pembuangannya, Moses terdampar ke negeri Midian dan bertemu dengan Zipporah (Maria Valverde) dan Jethro (Kevork Malikyan) dan menjadi penggembala ternak, yang pada akhirnya menikahi Zipporah dan memiliki seorang putra. Di tempat itulah Moses menerima pencerahan yang disampaikan oleh utusan Tuhan yang bernama Malak (Isaac Andrews) dimana Moses harus menyelamatkan bangsa Ibrani dari siksaan perbudakan oleh Mesir pimpinan Firaun. Perjuangan berat pun dilakukan oleh Moses, dengan bantuan Nun (Ben Kingsley) dan Aaron (Andrew Tarbet), Moses memimpin bangsa Ibrani untuk melakukan perpindahan secara besar-besaran (eksodus) dengan menyeberang Laut Merah. Firaun yang  tidak terima akan hal tersebut segera memburu Moses dan bangsa Ibrani untuk dihancurkan.


Review Gue :

Disebut dengan inspirasi dari Bible, Ridley Scott tidak dengan 'setia' bercerita tentang perjalanan hidup Moses sesuai dengan apa yang dicantumkan di bible. Terdapat beberapa adaptasi yang mendapat kritikan tajam dari pemerhati agama dan dianggap sebagai melenceng dari Bible sesungguhnya. Ditambah dengan pernyataan Christian Bale yang dianggap cukup kontroversial sehingga membuat film in mendapat seruan boikot di beberapa tempat. 

Namun bukan Ridley Scott namanya jika tidak memiliki argumen yang 'menantang' sehingga bagaimanapun kontroversialnya film tersebut, tetaplah masuk dalam jajaran Box Office, tentunya karena terdapat pesona Christian Bale dan Ridley Scott yang telah dianggap sahih dalam membuat film kolosal. 

Tidak semegah dan setajam Kingdom of Heaven, mungkin akan dibuat semegah Gladiator, namun film ini lebih banyak kesunyian yang berisi 'dialog-dialog keraguan' dari Moses tentang tugasnya sehingga terkesan berlarut-larut dengan keraguannya. Memang ciri Ridley Scott dan Chernin adalah menyisipkan unsur kemanusiaan yang kental dalam setiap filmnya, namun untuk film kolosal seperti ini, yang diharapkan penonton adalah gedoran pertempuran dan spesial efek yang membahana seperti pada Kingdom of Heaven dan Gladiator. Mungkin juga memang Ridley masih dalam masa pemulihan setelah kehilangan sudara kandungnya yang tewas (Tony Scott) sehingga gairahnya dalam membesut film kolosal menjadi agak 'sunyi'.  John Turturro sebagai Seti I memanfaatkan momen singkatnya untuk tetap tampil bagus, sayangnya tidak diikuti oleh Ben Kingsley yang pernah 'menohok' di Iron Man 3. Sigourney Weaver malah terkesan sebagai tempelan belaka karena tidak diberikan kesempatan banyak.

Film ini masih Christian Bale one man show karena Joel Edgerton pun dibuat terlalu manusiawi sehingga Firaun versi Ridley Scott lebih dimaklumi sebagai ayah murung yang tersakiti akibat kematian putra semata wayangnya daripada tiran yang menyiksa bangsa Ibrani sebagai budak.

Film ini gue rating 3 bintang dari 5 bintang...

Keep Rolling... Selamat Menikmati... Have a Great Watch...!!!

Kamis, 18 Desember 2014

Pendekar Tongkat Emas

Jika Para Pendekar Film Turun Gunung







Karya Anak Bangsa garapan sutradara Ifa Isfansyah, Produser Mira Lesmana dan Riri Riza, Produksi dan Distributor oleh Miles Productions. Bujet film ini sekitar Rp. 25 Milyar.

Sinopsis Gue :

Cempaka (Christine Hakim) Pendekar Wanita yang disegani di dunia persilatan telah mundur dari dunia persilatan dan mewariskan ilmunya kepada 4 anak didiknya yang sebagian adalah anak-anak dari musuh yang dimusnahkan oleh Cempaka. Adalah Biru (Reza Rahadian), Gerhana (Tara Basro), Angin (Aria Kusumah) dan Dara (Eva Celia). Cempaka yang merasa bahwa saatnya hidupnya sudah mendekati akhir, bermaksud menyerahkan jurus pamungkas yang bernama Tongkat Emas Membelah Bumi beserta senjata Tongkat Emasnya yang legendaris. 

Diluar dugaan, Tongkat Emas diwariskan kepada tokoh yang dianggap paling lemah sehingga terjadi kecemburuan terhadap pemilihan Cempaka tersebut. Terjadilah pengkhianatan, penikaman dari belakang dan fitnah habis-habisan yang dilakukan oleh pihak yang tidak terima akan keputusan Cempaka yang juga berakibat buruk pada dunia persilatan dan kezaliman merajalela. Harapan terakhir ada pada Pendekar Harimau Putih yang dapat membuat suasana dunia persilatan menjadi stabil kembali.


Review Gue  :

Awalnya nuansa skeptis menyelubungi hati tentang film ini. Produser, Sutradara, Penulis Naskah dan Pemerannya adalah 'pendekar' dunia drama. Mutu mereka dalam penggarapan film drama tidak perlu diragukan, tapi film laga silat ? Benar-benar meragukan... Sampai saat ini sutradara yang dianggap 'mpu' dalam menggarap film silat slash kolosal hanya disandang oleh Imam Tantowi. Menggarap film silat di layar lebar itu bukan hal main-main lho...

Dan GUE SALAH...!! Dari menit awal mata sudah dibelai dengan keindahan lansekap Sumba, Nusa Tenggara Timur dengan savana yang berlekuk liku dengan indahnya.  Dan itu belum selesai, Christine Hakim yang bertutur pelan membawakan narasi, memotong cerita dengan kelebatan-kelebatan jurus silat para anak didiknya dengan koreografi yang indah.  Cerita yang mengalir linear dan sederhana dipoles dengan keindahan panorama Sumba, koreografi perkelahian yang indah dan 'pendekar' layar lebar yang turun gunung meramaikan 'dunia persilatan'. Nampak jelas skenario khusus cerita tentang pesan moral diolah oleh Jujur Prananto, sementara filosofi silat dan petatah petitih dunia persilatan digagas oleh Seno Gumira Ajidarma, keduanya adalah 'pendekar' dalam dunia penulisan. Koreografi silat pun ditangani oleh Xinxin Xiong yang sering menjadi penata laga di film Hongkong dan juga sebagai pemeran pengganti dari Jet Li.  Belum cukup disitu, Pemeran utama digembleng selama 3 bulan hanya untuk persiapan pembentukan fisik dan kelenturan pada saat syuting nanti, karena menurut klaim, semua adegan perkelahian dan aksi laga dilakukan semua tanpa menggunakan peran pengganti (Stuntman), termasuk Christine Hakim dan Whani Darmawan...

Christine Hakim masih terasa kuat 'wibawa'nya sebagai aktris legenda. bahkan Eva Celia yang agak diragukan masuk sebagai deretan peran utama, mampu membuktikan bahwa ia bekerja keras untuk film ini. Scene stealer ada pada Aria Kusumah yang berperan sebagai Angin, pendekar paling kecil yang irit bicara, penampilan silatnya bahkan lebih 'indah' daripada Noah Ringer di Avatar The Last Airbender. Hiperbolik ? Tidak ! Tara Basro akan lebih 'dibenci' jika diberikan kesempatan lebih bereksploitasi di sisi antagonisnya. Nicholas Saputra masih terlalu asyik dengan karakter 'cool' nya. Slamet Raharjo tidak banyak diberikan porsi, mungkin jika iya, malah bisa bertempur dengan Cempaka... Adapula cameo kelas watak seperti Whani Darmawan yang ikut berjumpalitan beradu otot, dan Landung Simatupang yang muncul sejenak. Tak lupa Darius Sinathrya dan Prisia Nasution yang muncul sebagai Cempaka dan Harimau Putih muda. Apada akhirnya, aura terkuat masih dipegang oleh Reza Rahadian. Suka atau tidak, peran antagonis yang dipegang Reza  membuat karakter Biru menjadi peran jahat yang ditakuti.

Kalaupun bisa disebut kekurangan adalah tempo yang menurun di tengah film sehingga berjalan lambat, walaupun tertolong dengan lansekap indah (lagi), kemudian perkampungan pengungsi yang terdapat di delta sungai yang bentuknya mirip wigwam, tenda suku indian, jadi terasa agak asing. Untungnya semua terbayar dengan akting para pemainnya dan juga scoring musik yang tepat oleh Erwin Gutawa. Jadi terbayarlah sudah...

Diharapkan film merupakan kebangkitan kedua film indonesia, khususnya film silat klasik sehingga akan ada film-film dengan kualitas serupa tanpa perlu risih dengan para 'serigala-serigala' muda yang mengaum di layar kaca...

Film ini gue rating 4,5 dari 5 bintang ...

Keep Rolling... Selamat Menikmati... Have a Great Watch...!!! 




Selasa, 16 Desember 2014

Supernova

Semantik yang Berhamburan






Merupakan film karya anak bangsa dengan sutradara Rizal Mantovani diadaptasi dari Novel dengan judul sama karya Dewi 'Dee' Lestari. Produksi Soraya Intercine Films yang pernah membuat karya 5 cm dan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck  dengan produser Ram Soraya dan Sunil Soraya.


Sinopsis Gue :

Reuben (Arifin Putra) bertemu dengan Dimas (Hamish Daud) di Washington DC dan melanjutkan pertemuan mereka di sebuah pesta. Dari situlah terbentuk komitmen sepuluh tahun bahwa kemudian mereka akan menelurkan karya cerita yang akan mengguncang. Dari komitmen itu maka disusunlah suatu kisah tentang Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh. Sementara Supernova adalah Icon Controller kehidupan alter ketiga tokoh tersebut.

Jadilah ksatria yang berwujud Fere (Herjunot Ali) seorang eksekutif muda sukses luar biasa yang berusaha untuk diliput langsung wawancaranya oleh wapemred sebuah majalah eksklusif bernama Rana (Raline Shah).  Fere yang selama ini nampak dingin dengan kehidupan cintanya mulai goyah saat bertemu dengan Rana yang ternyata telah menikah dengan seorang pengusaha sukses dan baik hati bernama Arwin (Fedi Nuril). Ternyata goyahnya hati juga dirasakan oleh Rana sehingga terjadilah suatu perselingkuhan diantara mereka

Adapun Bintang Jatuh hadir berwujud Diva (Paula Verhoeven), seorang model kelas atas yang juga berprofesi sebagai wanita panggilan kelas tinggi yang hanya menerima 'tamu' dengan kondisi tertentu yang pada akhirnya terungkap siapa Diva sebenarnya.

Fere, Rana dan Arwin sama-sama 'berkonsultasi' dengan suatu sosok bernama Supernova yang mampu menjawab semua permasalahan personal mereka dengan filosofis via internet. Perselingkuhan yang begitu dinikmati oleh Rana dengan Fere membuat suatu konsekuensi bahwa Rana harus memilih salah satu diantara mereka. Dan Supernova pun dilibatkan untuk pengambilan keputusan tersebut yang ternyata bahwa Supernova menjadi sistem yang merasuk ke dalam semua aspek dalam kehidupan manusia.


Review Gue :

Ada kalanya suatu karya sastra postmodernisme sebaiknya tetap dibiarkan menjadi karya sastra tertulis saja.  Karya Dewi 'Dee' Lestari ini termasuk fenomenal di awal kehadiran novelnya. Banyaknya petatah petitih filosofis tidak membuat penggemar novel tersebut berkerenyit dan menjauhi, buktinya 2 karya yang merupakan lanjutan dari trilogi Supernova tersebut tetap ditunggu  penggemarnya.  

Penerapan karya 'sastra posmo' yang dituangkan dalam film layar lebar sangat diapresiasi untuk lebih 'memasyarakatkan' karya tersebut. Namun akan lebih bagus jika dilakukan adaptasi bebas tanpa terpaku dengan pakem yang ada dalam literasi karya tersebut.  Rizal Mantovani telah berupaya maksimal untuk menuangkan karya tulisan Dewi 'Dee' Lestari menjadi guratan dilayar perak. Ada dua poin utama yang menjadi nilai lebih dalam film ini : Score Musik dan Sinematografi yang meliuk cukup indah. 

Kepadatan karya Dee tersebut rupanya tertuang habis di film ini sehingga yang terjadi adalah saling bersahut semantik yang berkepanjangan. Indah dan puitis memang, namun tidak semua hal tersebut bisa dinikmati oleh penonton kita yang lebih memilih karya yang mudah diterima dalam sisi olah kata bahasa. 

Sedikit mengganjal adalah nuansa LGBT yang cukup verbal antara Reuben dan Dimas yang ditampilkan hampir apa adanya. Secara sinematis, tidak ada salahnya memang, namun secara normatif memang  risih melihat kehangatan pasangan sejenis yang hidup bersama sepanjang 10 tahun dan mengucapkan anniversary dengan kecupan mesra. Mungkin Rizal terinspirasi dengan Brokeback Mountain sehingga menggambarkan hubungan tersebut cukup jelas. Seandainya Rizal Mantovani membuat situasi mereka selembut film Philadelphia ataupun Normal Heart, tentunya akan lebih bagus hasilnya. Cerita malah mengalir lebih indah pada hubungan segitiga Fere-Rana-Arwin. Sayang Diva slash Supernova masih sangat terbata-bata. 

Pusat akting pada akhirnya ada pada Herjunot Ali. Pesonanya menguasai film hampir secara keseluruhan. Fedi Nuril masih bermain flat, mungkin karena posisinya sebagai suami yang pasrah, Raline Shah cukup mampu mengimbangi Herjunot walaupun masih dibawah 5 cm.
 
Bagaimanapun, karya Dee memang harus bisa diterjemahkan dengan cara bebas dan avant garde sehingga hamburan kata puitis filosofis dapat diserap secara maksimal oleh penonton. 

Film ini gue rating 3 dari 5 bintang...

Keep Rolling... Selamat Menikmati... Have a Great Watch...!!! 

Automata

Saat Robot memiliki Keinginan



Merupakan film fiksi ilmiah karya sutradara Gabe Ibanez produksi Nu Boyana-Green Moon Espana dengan distribusi oleh Millenium Entertainment. Durasi 110 Menit dengan bujet USD 15 juta.


Sinopsis Gue :

Tahun 2044 gempuran sinar matahari menyebabkan bumi terpapar radioaktif dan populasi manusia menyusut tajam. Untuk membantu pekerjaan manusia di lingkungan yang terpapar radioaktif, diciptakan robot untuk membantu manusia yang disebut sebagai 'pilgrim'. Pilgrim memiliki dua hukum protokol utama yaitu menjaga manusia dan dilarang memodifikasi diri.  Suatu hari terdapat laporan bahwa ada sebuah robot yang nampak 'hidup' sehingga harus dimusnahkan. Jacq Vaucan (Antonio Banderas) seorang checker klaim asuransi robot menemukan suatu keanehan pada perilaku tersebut. Terlebih Jacq sendiri menemukan bahwa ada robot yang ketahuan mencuri spare part peralatan pabrik. Jacq menyelidiki lebih jauh bersama Wallace (Dylan McDermott) seorang polisi yang menginvestigasi keleinan robot tersebut. Pertemuan dengan robot pelacur bernama Cleo semakin membuat Jacq penasaran, yang membawanya bertemu dengan sang 'clocksmith' yaitu Dr. Dupree (Melanie Griffith).

Ternyata memang terjadi suatu perubahan pada robot tersebut yang membuat mereka ingin membuat hidup baru. Hal ini membuat ROC, perusahaan pengelola robot tersebut memutuskan untuk memusnahkan robot tersebut dan juga melenyapkan Jcq yang dianggap akan membuat panik masyarakat jika mengetahui bahwa robot memiliki keinginan. Maka dimulailah pengejaran yang dilakukan pihak ROC agar robot-robot tersebut dapat dimusnahkan dan Jacq pun bisa dibungkam, dengan korban yang tidak sedikit.


Review Gue :

Film Post Apocalyptic ini sebenarnya lebih untuk dikonsumsi sebagai film festival. Tidak ada hal yang baru dalam penceritaan karena ide tentang 'robot yang hidup' telah lebih dulu dipopulerkan oleh film I Robot karya Alec Proyas dengan bintang Will Smith dan Bridget Moynahan tahun 2004. 

Jangan berharap karena ini tentang robot, maka intensitas aksi laga diharapkan penuh dengan pertempuran dan ledakan ala Terminator. Film ini tentang drama eksistensi 'makhluk' ciptaan manusia yang ingin memiliki jati diri. Beberapa Efek Visualnya memang bagus untuk kategori film festival dengan produser minor, namun cerita yang bergerak lamban dan cenderung 'sunyi' memang hanya bisa dinikmati untuk yang 'serius' terhadap kehidupan robot.

Antonio Banderas tidak sehidup saat berperan dalam The Expendables 3 sehingga menambah kesan datar. Juga ekspresi para robot yang murni bersuara mesin dan berniat untuk hidup tapi tidak cukup cepat mengantisipasi suatu kejadian 'serangan berbahaya'. Pada akhirnya Automata hanya cukup dilihat sebagai film peserta festival dengan keunggulan di Visual Efek belaka.


Film ini gue rating 2,5 dari 5 bintang...

Keep Rolling... Selamat Menikmati... Have a Great Watch...!!!  

Sabtu, 13 Desember 2014

Before I Go to Sleep

Kombinasi Memento dan 50 First Dates





Merupakan film thriller Inggris-Amerika  tahun 2014 yang diadaptasi dari Novel berjudul sama karya S.J. Watson. Produksi Scott Free Productions-Millenium Films-Studio Canal-Eagle Films dengan distribusi oleh Clarius Entertainment.

Sinopsis Gue :


Christine Lukas (Nicole Kidman) terbangun setiap pagi tanpa bisa mengingat apapun yang terjadi pada hari sebelumnya. Setiap hari pula Christine diingatkan oleh Ben Lucas (Colin Firth) bahwa ia adalah sang suami dan Christine adalah istrinya yang mengalami amnesia setelah terjadi kecelakaan beberapa tahun yang lalu. Untuk membantu mengingat masa lalu, Ben menempelkan beberapa foto tentang masa lalu mereka di dinding kamar mandi. Telepon yang berdering pagi hari dari Dr. Nasch (Mark Strong) setelah Ben pergi ke kantor senantiasa mengingatkan Christine untuk melihat dokumentasi tentang dirinya yang direkam oleh Christine setiap harinya dengan kamera yang disembunyikan oleh Christine atas instruksi Dr. Nasch. 

Perlahan Christine mulai mendapati ada sesuatu yang tidak beres dengan kehidupannya karena terlalu banyak yang ditutupi oleh Ben hingga pada suatu saat rahasia itu terungkap yang menyebabkan nyawa Christine terancam.


Review Gue :

Bagi yang pernah menonton 50 First Dates yang dibintangi Drew Barrymore - Adam Sandler tentu tidak asing dengan kondisi yang diderita oleh Christine. Pola penyampaian informasi dengan perekaman di kamera sebenarnya masih 'mengadaptasi' pola film Memento karya awal Christopher Nolan. Istimewanya dimana ? Terjadi pertukaran peran protagonis - antagonis antara aktor watak Inggris Mark Strong - Colin Firth ! Selebihnya, bagi penonton 'awam' wajib konsentrasi dalam menonton film ini agar tidak bingung terhadap apa yang sebenarnya terjadi pada tokoh yang diperankan oleh Nicole Kidman ini. Ridley Scott yang bertindak sebagai produser memberikan keleluasaan pada Rowan Joffe yang sebelumnya lebih banyak berperan sebagai penulis film dan ini merupakan karya pertama Joffe dengan produser papan atas.

Namun nampaknya stigma film Inggris yang lamban masih belum bisa lepas dari film ini. Maksud Joffe untuk membangun suatu ketegangan yang bertahap tidak terjadi karena repetisi kejadian tiap pagi, baik sejak pertama kali melek dan telepon dari dokter untuk mengingatkan tentang rekaman sebelumnya. Yang terjadi adalah cerita berjalan merayap hingga final closure. Bagi penonton yang terbiasa dengan tempo cepat tentunya hal ini akan sangat membosankan. Plus konsentrasi dari penonton untuk merangkai kejadian serta ending yang tidak terlalu mengejutkan mengurangi greget.  Agak disayangkan memang mengingat deretan produsernya adalah produser tipe 'garis cepat' seperti Avi Lerner. Ridley Scott sendiri sebelumnya lebih dikenal dengan sutradara box office dengan ritme yang cepat melonjak-lonjak.

Nicole Kidman nampak bermain 'enggan' sebagai penderita amnesia akibat kecelakaan. Demikian juga Mark Strong yang sering mampu membuat penonton 'eneg' dengan aktingnya, kali ini berakting 'mengambang'. Colin Firth yang biasa bermain total sudah berupaya untuk memberikan performanya, namun karena jalannya cerita menghendaki demikian, banyak yang tidsak dapat dieksploitasi dari ketiga aktor-aktris kelas wahid tersebut. Mungkin akan menjadi lebih intens ketegangannya jika Mark Strong dan Colin Firth bertukar peran. 

Film ini gue rating 3 bintang dari 5 bintang...

Keep Rolling... Selamat Menikmati... Have a Great Watch...!!! 

Minggu, 07 Desember 2014

Siapa Nyangka... 1.000 hits !

Terima Kasih .... !!!









Sinopsis Gue :

Berawal dari Juni 2014... Hobi gue nonton film yang gak ilang-ilang terus aja membuat gue penasaran. Kenapa gue gak share aja pengalaman nonton gue ke yang laen-laen. Siapa tau ada temen-temen yang belon nonton n perlu acuan buat nonton film. Masalah mereka suka ato enggak itu urusan nanti. Masalah mereka ntar setuju ato enggak ama review gue ya itu urusan ntar... Yang penting share dulu lah.

Mulailah gue mbikin blog yang sederhana (sampe sekarang) buat berbagi ke temen-temen apa yang gue rasain setelah gue nonton suatu film. Berawal dari tulisan gue tentang film Transformers : Age of Extinction, maka dimulailah blog gue ini....

Ternyata nulis setelah nonton itu enak juga yak..... Dengan semua keterbatasan yang gue punya, ya gue bagi. Dengan segala kebahlulan yang gue ada, ya gue kasih ke temen-temen yang sudi mampir ke blog gue.... Alhamdulillah sampe sekarang blog gue gak ada yang nge-ban... Toh kan gue juga nulis tanpa maksud menyebarkan SARA (Suku, Agama, Ras dan Anu-anuan). Gue nulis sekedar nyampein apa yang gue liat dari suatu film tersebut.

Pasti ada perbedaan pandangan dari setiap review gue. Kalo boleh mbela diri, ini kan soal masalah selera, jadi ya sulit buat diperdebatkan. Analoginya kayak gue doyan somay campur batagoor, ada yang suka ada juga yang enggak... Sama seperti gue yang gak doyan duren (Banyak yang bilang: bego loe!), tapi biar diojog-ojog-in ya teteup aja gua gak bakal doyan tu duren.... ;D

Yang gak gue sangka, belom jalan setaon, ternyata udah ada 1.000 (yup, seribu) jari yang mampir ke blog gue yang sederhana ini. Bukan seribu orang, mungkin cuma dua ratus orang yang bolak-balik buka blog gue atau cuma 125 orang yang edhan buka mbolak-mbalik keluar masuk blog gue buat mbaca celoteh gue tentang suatu film. 

Bagaimanapun, itu suatu surprise buat gue. Suatu penghargaan buat gue yang nulis cuma sekedar menceritakan ulang suatu peristiwa dalam cerita layar perak dan diberikan imbuhan komentar opini yang jelas-jelas subyektif.

Jangan pernah yak... Jangan pernah mbandingin blog gue kayak blog nya Kaesang Pangarep...! Jauuuuuhh...! Hahahaha....!!! Itu lepel yang out of my league...



Review Gue :


Opini ini bersifat MURNI SUBYEKTIF...! Jadi dipersilahkan dengan segera untuk mencela, mencibir atau mengata-ngatai... :p 

Tidak ada konten yang cukup bermutu dalam ulasan ini yang bisa dijadikan dasar suatu kurikulum dalam bentuk apapun. Opini ini hanya bersifat hiburan belaka tanpa unsur pendidikan yang meyakinkan....hehehe...

Bagaimanapun....

BANYAK DIHATURKAN TERIMA KASIH .....

Atas keikhlasan teman-teman yang telah bersedia mampir ke blog gue untuk melihat kesan dan pesan film-film yang udah gue liat dan gue berikan opini. Gue akan coba berikan opini yang lebih baik lagi, lebih berwawasan dan mudah-mudahan bisa ada unsur edukasinya.....

Terima kasih banyak ya Sob...
Terima kasih banyak ya Brur/Zeus...
Terima kasih banyak ya Bro/Sis...

Keep Rolling... Selamat Menikmati... Have a Great Watch... !!!




 

Senin, 01 Desember 2014

7/24

Kisah Cinta saat Opname




Film karya anak negeri besutan Fajar Nugros dengan produser Affandi Abdul Rachman produksi MNC Pictures.


Sinopsis Gue :

Prasetyo 'Tyo' Ichsan Setiawan (Lukman Sardi) adalah seorang sutradara terkenal dengan jadwal yang padat, sementara istrinya, Tania Wulandary (Dian Sastrowardoyo) adalah seorang manajer di sebuah bank dengan karir yang menjanjikan.  Keduanya dikaruniai seorang putri cerdas yang turut dibesarkan oleh si Mama dari Tania (Minati Atmanegara). Tyo dan Tania adalah keluarga karir yang sangat sibuk sehingga sulit bisa bertemu dalam satu rumah karena kasibukan mereka, hingga suatu kejadian Tyo ambruk di lokasi syuting dan segera dilarikan ke UGD Rumah Sakit. Diagnosa dokter menyatakan bahwa Tyo harus diopname karena menderita Hepatitis A. Tugas Tania pun menjadi berlipat karena ikut menunggu Tyo di Rumah Sakit, dan akhirnya Tania pun di-rumah sakit-kan karena menderita typhus. Oleh Dokter Hengky (Hengky Solaeman), suami istri tersebut dijadikan satu kamar untuk memudahkan pengawasan yang dilakukan bersama sang dokter juniornya Dokter Verdi (Verdi Solaeman). 

Perintah dokter kepada suami istri tersebut agar beristirahat total ternyata tidak diindahkan oleh mereka yang tetap melakukan aktifitas kerja hingga menerima rekan kantor untuk mendiskusikan pekerjaan. Tania mendapat kepercayaan memberikan presentasi yang menentukan karirnya kelak, sementara Tyo sudah di ujung masa syuting yang melewati batas tenggat waktu dan biaya. Hingga suatu peristiwa yang diluar perkiraan membuat karir Tania menjadi rawan dan kondisi Tyo yang harus dipaksa beristirahat untuk pemulihan dirinya, mambuat konflik keluarga kecil tersebut memuncak.


Review Gue :

Setelah 'hibernasi' selama 6 tahun, Dian Sastrowardoyo akhirnya muncul lagi dengan film bergenre komedi romantis besutan Fajar Nugros yang sebelumnya menyutradarai Bajaj Bajuri the Movie.  Dapat dilihat bahwa masa 6 tahun hibernasi tersebut tidak membuat Dian menjadi 'berkarat'.  Kemampuan mengolah akting Dian masih nyaman untuk dinikmati mengimbangi Lukman Sardi yang lebih panjang 'jam tayang' nya. Dalam beberapa scene, bahkan nampak bahwa Dian mampu bermain lebih rilek dari Lukman Sardi yang (tanpa disadari) sungkan (mungkin cantiknya Dian bikin Lukman rikuh, hehehe).

Cerita yang dibuat pun mengalir lancar walaupun agak dipaksa untuk cepat selesai pada 30 menit terakhir.  Hengky Solaeman memang nampaknya sengaja diberikan peran 'statis' untuk memberikan estafet akting kepada sang junior, Verdi Solaeman sehingga tanpa disadari jadi agak membosankan, justru Verdi yang nempak semakin tarasah di depan kamera. Indra Birowo dan Husein Alatas bermain cukup mengimbangi Lukman, memang 'bengal'nya Indra Birowo tidak tereskploitasi maksimal, namun cukup sebagai sidekick-nya Lukman. Husein sebagai pendatang baru cukup natural walaupun sering 'dimaki-maki' oleh Tyo, sang sutradara. 

Secara keseluruhan, film ini menghibur dengan humornya yang cukup pintar dan slapstik yang tidak dipaksakan sehingga penikmat film ini tentunya dapat terhibur, plus bisa melepas rindu kehadiran Dian Sastrowardoyo....

Film ini gue rating 4 bintang dari 5 bintang...

Keep Rolling... Selamat Menikmati... Have a Great Watch... !!!