Jumat, 26 September 2014

Tabula Rasa - Review Gue

Cinta Dalam Racikan Kepala Kakap





Tabula Rasa merupakan film drama kehidupan tentang cinta, dedikasi, kenangan dan masakan. Dibesut oleh sutradara  Adriyanto Dewo dengan produser Sheila Timothy.

Sinopsis Gue :

Hans (Jimmy Kobogau), seorang pemuda dari Serui, Papua yang memiliki bakat sepakbola, memiliki mimpi untuk menjadi pemain sepakbola profesional, menerima tawaran seorang pencari bakat untuk menemuinya di Jakarta untuk diasah ketrampilannya.  Nasib berkata lain. Hans terdampar di Tanah Jawa dan menjadi gelandangan dengan kaki yang timpang sehingga harapan untuk menjadi pemain bola menjadi pupus. Harapan yang hilang membuat Hans berniat bunuh diri dengan meloncat dari jembatan penyeberangan saat kereta lewat.  Nasib (lagi) mempertemukan Hans dengan Mak (Dewi Irawan), seorang pemilik warung makan nasi Padang.  Diajaklah Hans untuk membantu Mak yang juga memiliki pegawai Natsir (Ozzol Ramlan) yang setia dan Uda Parmanto (Yayu Unru), karabat dari Mak yang menjadi Juru Masak di warung nasi padang tersebut.  Meniti kehidupan yang sangat berbeda tersebut membuat Hans kadang kerap frustrasi, namun dengan kegigihan Mak, Hans secara perlahan mampu bangkit. Konflik datang dari Uda Parmanto yang tidak rela Mak mengajak Hans menjadi bagian dari warung makan mereka karena mengurangi pendapatan mereka.  KOnflik kian meruncing saat Uda Parmanto 'membelot' dan mencuri resep Mak untuk diterapkan di Rumah Makan Padang yang lebih besar tempat Uda Parmanto bekerja.  Mak hampir patah arang, namun Hans kini yang ngotot untuk bertahan dan menjual hidangan spesial dengan bumbu khas dari Mak.  Ada rasa berat bagi Mak untuk menjual hidangan spesial tersebut karena memilki masa lalu yang pedih, namun warung makan harus tetap berjalan jangan sampai bangkrut. Hans dan Natsir berjibaku untuk mempertahankan kehidupan warung tersebut, hingga akhirnya masakan spesial Mak akhirnya dimunculkan dan mereka memperoleh pesanan dalam jumlah cukup besar.



Review Gue :

Setelah Sheila Timothy 'asyik' dengan memproduseri film-film misteri, nampaknya mulai merambah dunia yang lebih ringan dan mudah dicerna, dan sebenarnya cukup berhasil.  Dengan menunjuk sutradara Adriyanto Dewa yang baru kali ini menangani untuk menangani film panjang bergenre drama.  Kepercayaan Sheila dibayar oleh Adriyanto dengan angle yang pantas dan mengalun. Berjalan lambatnya film ini adalah untuk membantu penonton menyerap harapan yang hilang pada Hans dan Mak yang pedih akan masa lalunya, serta 'pengkhianatan' oleh Parmanto. Dengan 'hanya' 4 (empat) tokoh dalam film ini bukan berarti menjadi monoton. Memang tidak dinamis namun cerita bisa mengalir lancar tidak berjejal.  Kadang dibuat flashback untuk mengetahui siapa dan apa harapan Hans, namun hal tersebut tidak mendominasi sehingga bisa dinikmati oleh penonton.

Jimmy Kobogau patut diperhitungkan sebagai pendatang baru. Diberikan kepercayaan sebagai peran utama tidak disia-siakan oleh Jimmy. Perannya yang 'memelas' namun keras hati mampu menggugah. Ketidakberdayaan Hans dalam menghadapi tantangan kehidupan mampu dibawakan tanpa harus mewek-mewek. Tidak mudah menjadi Mak, namun Dewi Irawan nampak menyatu dengan tokoh Mak sehingga tidak nampak 'keartisan' pada Dewi Irawan. Tak percuma peraih FFI tahun 2011 ini diberikan peran kunci yang memiliki masa lalu yang menyedihkan. Ekspresi kekecewaan Mak pada saat dikhianati Parmanto cukup memilukan dan menghanyutkan.  Uda Parmanto mungkin tidak akan jadi tokoh yang mengesalkan jika tidak dibawakan oleh Yayu Unru. Aktor kawakan ini turut menghidupkan karakter Parmanto yang perhitungan, kadang licik namun tidak bisa lepas dari memori pahit yang sama-sama menimpanya dan Mak.  Ozzol Ramlan pun mampu mengimbangi dua pemeran senior tersebut, nampak bahwa baik Dewi maupun Yayu memberikan ruang bagi Ozzol dan Jimmy untuk muncul. Namun pada saat 'scene' berdua, nampak kekuatan diantara dua pemeran senior tersebut.  Untuk film ini tidak tanggung-tanggung diturunkan pelatih dialek Minang oleh Tom Ibnur yang juga seorang koreografer senior. Alhasil, atmosfir keluarga Minang terasa kental dalam film ini.  Semoga untuk selanjutnya Sheila Timothy bisa lebih banyak memproduksi film yang ringan. 

Film ini gue rating 4 dari 5 bintang...

Keep Rolling... Selamat Menikmati... Have a Great Watch...!!!
 

Kamis, 25 September 2014

A Walk Among The Tombstones - Review Gue

Detektif dengan Kharisma Neeson





Merupakan film Crime Thriller besutan sutradara Scott Frank. Merupakan adaptasi dari novel karya Lawrence Block dengan judul sama. Didistribusikan oleh Universal Pictures dengan bujet USD 28 juta.

Sinopsis Gue :

Matthew Scudder (Liam Neeson) adalah seorang detektif swasta tanpa lisensi yang berpraktek di New York City pada tahun 1991. Suatu hari Matt hendak disewa oleh Kenny Kristo (Dan Stevens) seorang pengedar narkoba yang istrinya diculik dan dibunuh oleh orang tak dikenal. Kenny meminta Matthew untuk mencari pembunuh istrinya. Pada awalnya Matthew menolak, namun atas beberapa pertimbangan akhirnya menerima tawaran tersebut. Penyelidikan yang dilakukan Matthew meneukan bahwa penculik dan pembunuh istri Kenny dilakukan oleh lebih dari satu orang. Dalam penyelidikannya Matthew membongkar seorang pegawai pemakaman yang menjadi kaki-tangan pembunuh istri Kenny, namun tidak dapat ditahan karena melakukan aksi bunuh diri. Dengan dibantu oleh partner kecilnya, seorang bocah tunawisma namun cerdas yang ditemuinya di perpustakaan kota bernama TJ (Brian 'Astro' Bradley), Matthew semakin dalam melakukan investigasi. Puncaknya adalah saat seorang dari teman Kenny yaitu Yuri Landau (Sebastian Roche) yang juga merupakan pengedar narkoba, memiliki seorang putri yang diculik dan dimintakan tebusan oleh penculik, persis sama seperti yang dilakukan penculik terhadap istri Kenny. Matthew yang telah mengetahui pola ini melakukan tawar menawar dengan penculik yang kemudian melakukan penyergapan dengan penculik tersebut di pemakaman diantara batu nisan pada tengah malam.

Review Gue :

Setelah dibombardir oleh franchise Taken, The A-Team dan Non Stop yang full action, kemungkinan banyak yang terkecoh dengan film ini.  Neeson sama sekali tidak berperan sebagai jagoan sakti mumpuni serba bisa yang hanya bisa disaingi oleh Jason Bourne ataupun James Bond. Neeson di film ini 'hanya' seorang pensiunan polisi mantan pemabuk yang memiliki masa lalu yang cukup kelam dan menjadi detektif swasta tanpa ijin lisensi yang bekerja atas dasar kepercayaan lisan kepada para kliennya.  Neeson menampilkan performanya sebagai aktor yang mengutamakan karakter yang dilakoni. Ada beberapa adegan aksi, namun sangat tidak sebanding dengan yang pernah dijalani di Taken ataupun Non Stop. Performa Neeson di film ini lebih mendekati aktingnya di film The GreyBrian Bradley yang berperan sebagai TJ berhasil menghidupkan suasana yang 'dingin'. Karakternya yang sok tau namun memiliki dasar atas ke-sok tau-an nya terasa menggelikan. Brian sendiri cukup sukses dalam film fiksi ilmiah Earth To Echo. Dan Stevens diberikan 'kesempatan' oleh Neeson untuk menunjukkan karakternya atas kemarahan dan kehilangan istrinya yang diculik oleh psikopat. Bagi Scott Frank, ini merupakan karya keduanya murni sebagai sutradara setelah The Lookout (2007). 

A Walk Among the Tombstones merupakan akting Liam Neeson yang lebih mengutamakan kekuatan karakter yang berusaha lepas dari kepedihan masa lalu. Jangan berharap melihat Neeson melompati mobil, beradu tembak, melakukan kecepatan dalam bertarung tangan kosong ataupun menghindari ledakan. Neeson hanya akan menggerakan otaknya dalam menyusun suatu perkiraan kejadian, bernegosiasi adu gertak secara dingin dengan penculik psikopat dan memandang ke satu titik dengan wajah hampa.  Neeson adalah karakter hero yang patah dalam film ini, bukan hero yang penuh elu dan pandangan takjub.


Gue rating film ini 4 dari 5 bintang ...

Keep Rolling... Selamat Menikmati... Have a Great Watch... !!!


The Maze Runner - Review Gue

Kisah Post Apocalyptic dalam  Labirin



Diangkat berdasarkan Novel dengan judul yang sama karya James Dashner yang terbit tahun 2009. Disutradarai oleh Wes Ball dengan bujet USD 34 juta dan didistribusikan oleh 20th Century Fox. Sampai dengan pertengahan September 2014 telah menghasilkan pendapatan sebesar USD 85,7 juta.

Sinopsis Gue :

Secara tiba-tiba seorang pemuda berada dalam lift yang naik keatas, namun muncul di permukaan tanah dengan kerumunan pemuda sebayanya. Amnesia yang diderita pemuda tersebut merupakan tanda bahwa pemuda tersebut merupakan penduduk baru di wilayah bernama The Glade. Belakangan pemuda tersebut menyadari namanya, yaitu Thomas (Dylan O'Brien), namun hanya nama hanya Thomas ingat.  Alby (Aml Ameen) yang menjadi pemimpin di grup tersebut memaklumi apa yang terjadi pada Thomas, demikian juga dengan Newt (Thomas Brodie-Sangster) yang menjadi 'orang kedua' dan Chuck (Blake Cooper). Namun tidak demikian dengan Gally (Will Poulter) yang curiga akan kehadiran Thomas.  Sambil berusaha mengumpukan memori  ingatannya, Thomas dengan bimbingan Alby mencoba memahami tempat tersebut.  Dikelilingi oleh tebing yang curam tinggi menjulang, ternyata mereka berada di tengah Labirin (Maze) yang selalu bergerak tiap malam sehingga bentuknya pun akan berubah-ubah. Dalam grup tersebut ternyata memiliki sekelompok pemuda yang bernama runner, yang bertugas memetakan pergerakan labirin setiap hari dengan cara melintasi labirin setiap celah raksasa labirin tersebut terbuka. Masalah ternyata muncul dengan datangnya seorang wanita muda yang belakangan diketahui bernama Teresa (Kaya Scodelario). Tanpa diduga, Teresa dalam bawah sadarnya memanggil Thomas, sehingga Gally semakin curiga bahwa Thomas dan Teresa sengaja dikirim oleh orang-orang yang menjebloskan mereka ke The Glade.  Situasi semakin memanas karena dinding labirin tidak menutup pada malam hari sehingga datanglah monster yang disebut Griever memporak-porandakan Glades dan memangsa beberapa pemuda termasuk Alby. Thomas, Teresa, Newt, Chuck dan Minho (Ki Hong Lee) memutuskan untuk masuk kedalam labirin dan bertekad untuk mencari jalan keluar. Gally dan pengikut setianya memutuskan tetap di dalam labirin dan menolak ajakan Thomas untuk melarikan diri. Perjuangan Thomas dan kawan-kawan menembus labirin menemukan hambatan yang berat dan memakan korban. Ahirnya mereka menemukan pintu keluar dari labirin tersebut yang ternyata menemukan sesuatu diluar dugaan mereka.

Review Gue :

Walaupun cerita ini diangkat dari buku yang termasuk laris di Amerika Serikat, namun pola yang diusung tetap sama; kebebasan pasca apocalyptic dunia dengan tokoh-tokoh yang berusia dua puluhan. Film ini lebih ditujukan kepada penikmat film dengan rentang usia 15 - 25 tahun.  Bagi penikmat di atas usia tersebut, rasanya seperti melihat Hunger Games berkolaborasi dengan Twilight dengan konspirasi ala Divergent.  Saat nalar sudah bisa diurut, kehadiran Grievers jelak merusak nuansa intensitas ketegangan. Raksasa laba-laba cyborg (?) yang dikendalikan sebagai juru kunci labirin menjadi terasa mengganggu sehingga adegan kejas-kejaran antar penghuni Glades dengan Griever jadi terasa tidak pas. Sutradara Wes Ball memegang kendali pertama kali sebagai sutradara film penuh. Masih harus dimaklumi akan beberapa adegan yang tertatih-tatih.  Imajinasi Wes dalam benruk Labirin yang bergerak dinasim patut diberikan apresiasi. Tapi ya itu, kenapa juga harus ada 'monster Grievers' ? Umumnya semua pemeran bermain datar. Sedikit mencuri perhatian adalah Blake Cooper yang memerankan Chuck, dia menjadi tokoh 'kesayangan' di film ini. 

Film ini memang dibuat untuk 'sequel mode' sehingga memang akan diberikan penjelasan bla-bla tentang mengapa mereka dijebloskan ke labirin dan bla-bla bahwa mereka adalah orang-orang terpilih... Artinya ya akan diluncurkan lagi sekuel dari kisah pelarian Thomas, Teresa, Newt dan Minho...

Gue rating film ini 3 dari 5 bintang ...

Keep Rolling... Selamat Menikmati... Have a Great Watch...!!!

Rabu, 24 September 2014

The Equalizer - Review Gue

Denzel is Back...! Colder...




Karya teranyar dari sutradara Antoine Fuqua, diangkat berdasarkan film seri televisi dengan judul yang sama. Produksi Village Roadshow Pictures & Escape Artist.

Sinopsis Gue :

Dibuka dengan kehidupan dari Robert McCall (Denzel Washington), seorang pegawai Home Mart yang ringan tangan dan senang membantu pegawai lainnya.  Perhatian McCall yang tinggi membuatnya disenangi dan dihormati oleh rekan-rekan pegawai lainnya. Tiap malam McCall selalu datang ke kedai dekat rumahnya untuk makan malam sambil membawa buku dan teh celup khusus yang dia bawa sendiri. Di sisi meja lain, Teri (Chloe Grace Moretz) seorang pelacur muda kadang mengajak bercakap sejenak sebelum Teri pergi menerima panggilan dari mucikarinya. Suatu ketika Teri dihajar habis-habisan oleh sang mucikari, Slavi (David Meunier) sehingga harus dirawat di ruang ICU. McCall nampaknya tidak bisa tinggal diam dan memutuskan untuk turun tangan meluruskan kejadian-kejadian yang tidak sesuai dengan nuraninya.  Dengan bekal masa lalunya yang telah 'dihapus' oleh rekan sejawatnya, McCall bergerak melakukan pembalasan demi pembalasan menegakkan keadilan. Lawan terberatnya datang dari Teddy (Marton Csokas) tangan kanan Vladimir Pushkin (Vladimir Kulich) mafia Russia yang menguasai Amerika.

Review Gue :

Apa jadinya jika Denzel Washington 'reuni' dengan Antoine Fuqua ? Kolaborasi terakhir mereka di Training Day diganjar Oscar. The Equalizer bukanlah film kelas Oscar, hanya film ringan yang diambil dari film serial televisi dengan judul yang sama tahun 1985 - 1989.  Antoine Fuqua sengaja membuat alur yang 'lunak' di awal film, baru setelah 30 menit berlalu, tempo mulai berjalan cepat. Denzel yang sudah kenal dekat dengan Fuqua, dengan mudah menerjemahkan kemauan Fuqua dalam sorotan tiap sudut kamera. Walaupun ada Chloe Grace Moretz, bintang cilik yang mulai menanjak, Chloe hanya diberikan tampil total 30 menit dari 131 menit di film. Ini adalah filmnya Denzel. Marton Csokas yang pas menjadi Teddy pun tidak diberikan kesempatan oleh Fuqua untuk mengambil 'kharisma' Denzel. Cerita yang beralur linier rapi dibuat oleh Fuqua. Mulai dikenal sejak The Replacement Killers (1998) yang mengangkat Chow Yun Fat ke Hollywood, Bait (2000) yang mengangkat Jamie Foxx   dan puncaknya di Training Day (2001) yang membuat Denzel diganjar Oscar. Karyanya meredup setelah menggarap Tears of The Sun, King Arthur dan The Call. Berusaha 'come back' dengan The Shooter (2007) dan Olympus Has Fallen (2013) yang mengajak Jamie Foxx untuk 'reuni' dalam film tersebut.  

Untuk Denzel, nampaknya ini merupakan salah satu filmnya yang 'ringan' sehingga tidak perlu repot-repot bagi dirinya untuk mengadaptasikan karakternya. Bermain santai dan simpel, Denzel menguasai sudut layar atas 'perintah' Fuqua. Turunnya Village Roadshow dalam memproduksi membuat ledakan di pelabuhan terasa lebih nyata. Village Roadshow diketahui selalu membiayai film-film kelas atas dengan bujet tinggi. Besutan musik dari Harry Gregson-Williams yang sebelumnya pernah bekerja  sama dengan Fuqua di The Replacement Killers nampaknya memudahkan Harry menerjemahkan maunya Fuqua. Tapi ternyata Harry lebih banyak 'bertemu' dengan Denzel yaitu di Man On Fire (2003), De ja vu (2006), The Taking Pelham 123 (2009) dan Unstoppable (2010) yang membuat Harry mengerti karakter yang dibawakan oleh Denzel. 

Berhubung The Equalizer bukan merupakan adaptasi kisah nyata seperti Man On Fire, maka gurat pedih di mata dan wajah Denzel serta keteguhan hati dalam mengorbankan diri tidak diekspliotasi di film ini. Namun tetap saja kolaborasi Fuqua dengan Washington pantas diperhitungkan.

Gue rating film ini  4 bintang dari 5 bintang...

Keep Rolling... Selamat Menikmati... Have a Great Watch...!!!  



Selasa, 16 September 2014

Grace of Monaco - Review Gue

Saat Cinta harus Memilih...




Grace of Monaco merupakan film gabungan produksi Amerika-Perancis tentang salah satu bagian dari Biografi Princess Grace Kelly dari Monaco. Disutradarai oleh Olivier Dahan yang pernah membesut Crimson Rivers II: Angels of the Apocalypse yang dibintangi oleh Jean Reno & Christopher Lee. Dibuat dengan biaya sebesar USD 30 juta dan hanya menghasilkan USD 22,2 juta hingga awal September 2014.

Sinopsis Gue :

Grace Kelly (Nicole Kidman) yang merupakan artis kesayangan Amerika memutuskan untuk menikahi Pangeran Rainier III (Tim Roth) yang merupakan pewaris tahta Kerajaan Monaco.  Walaupun sudah berstatus Putri Raja, Grace tetap ditawari peran oleh sutradara terkenal  Alfred Hitchcock (Roger Ashton-Griffiths) untuk film layar lebar Amerika dengan peran utama.  Lingkungan Istana yang sangat berbeda dengan lingkungan Grace di Amerika membuatnya tertekan. Ditambah dengan sikap Rainier III yang selalu kaku dalam memberikan keleluasaan pada Grace sehingga membuat Grace menjadi serba salah. Tumpuan curahan hati Grace selalu tertuju kepada Father Francis Tucker (Frank Langella) yang merupakan Penasihat Keagamaan Kerajaaan Monaco. 

Pada saat yang bersamaan Kerajaan Monaco mengalami krisis sehubungan dengan masalah luar negerinya dengan Negara Perancis. Tekanan dari Charles de Gaulle terhadap Kerajaan Monaco membuat Rainier III menjadi semakin berjarak dengan Grace. Tanpa disadari pula terjadi plot untuk menyingkirkan Rainier III dari tahta oleh keluarga dekatnya.  Peran Grace yang berinisiatif untuk menyelesaikan konflik luar negeri melalui tangan Palang Merah berhasil membuat suasana politi kedua negara tersebut mencair, juga terhadap usaha menyingkirkan Rainier III dari tahta kerajaan Monaco berhasil digagalkan dengan bantuan orang terdekat Grace Kelly.


Review Gue :

Banyaknya konflik yang mengiringi film ini membuat karya Olivier Dahan menjadi tidak maksimal. Kebiasaan sineas Eropa dalam membesut film bertema drama kadang memang melelahkan untuk bisa dinikmati dengan santai. Tempo yang lambat dan datar membuat penonton yang tidak terlalu tahu tentang Grace Kelly akan kesulitan untuk 'sabar' dalam menghadapi konflik internal keluarga Kerajaan Monaco tersebut. Nicole Kidman nampak terpaku pada naskah sehingga lebih mirip memindahkan naskah ke layar daripada melakukan interpretasi sehingga keanggunan Grace Kelly tidak tertangkap dari Kidman. Tim Roth masih belum lepas dengan gaya slenge-annya dalam serial Lie to Me yang terkadang kelepasan dalam tokoh Rainier III yang dibawakannya. 

Dalam penggarapannya juga sutradara Olivier Dahan berselisih paham dengan Harvey Weinstein, pemilik distributor Weinstein Company. Belum lagi dengan tentangan dari pihak keluarga Kerajaan Monaco sendiri yang merasa kurang sreg dengan alur ceritanya. Wajar jadinya jika film ini menjadi kurang memperoleh dukungan sehingga dari sisi box office tidak bisa diharapkan. 

Film ini gue rating 2 bintang dari 5 bintang...

Keep Rolling... Selamat Menikmati... Have a Great Watch...!!!

Jumat, 12 September 2014

The November Man - Review Gue

Devereaux... Shaken, not Stirred...






The November Man merupakan film spy thriller yang diangkat berdasarkan novel berjudul There Are No Spies karya Bill Granger yang merupakan buku ke-7 serial The November Man yang diterbitkan tahun 1987.  Disutradarai oleh Roger Donaldson yang pernah membesut Species, The Recruit dan Thirteen Days. Ini merupakan kerjasama kedua antara Donaldson dengan Brosnan setelah Dante's Peak. Dibuat dengan budget USD 15 juta dan memperoleh pendapatan USD 19,3 juta per akhir Agustus 2014.

Sinopsis Gue :

Agen CIA Peter Devereaux (Pierce Brosnan) menjalani pensiun sebagai agen rahasia pada tahun 2008 karena suatu insiden atas kurangnya koordinasi antara Peter dengan didikannya David Mason (Luke Bracey). Tahun 2014, mantan bos Peter bernama John Hanley (Bill Smitrovich) mengunjunginya di Switzerland dan meminta tolong Peter untuk mengeluarkan seorang agen bernama Natalia Ulanova (Mediha Musilovic) yang merupakan asisten terdekat dari Jendral Arkady Fedorov (Lazar Rivtovsky) mantan perwira tinggi Russia yang mencalonkan diri menjadi Presiden Russia. Natalia mengetahui bukti kejahatan perang yang dilakukan oleh Arkady semasa terjadi perang di Chechnya. John juga menjelaskan bahwa Arkady memiliki sorang pembunuh bayaran terlatih bernama Alexa (Amila Terzimehic) yang ditugaskan memburu siapapun yang merintangi Arkady untuk mencalonkan diri menjadi presiden Russia.

Tanpa sepengetahuan Peter, ternyata dari pihak lain CIA pimpinan Perry Weinstein (Will Patton) juga telah menyiapkan tim untuk mengeluarkan Natalia. Perry menugaskan David yang telah menjadi agen penuh untuk megeluarkan Natalia dari Russia. Namun ditengah jalan terjadi situasi yang membuat Natalia terbunuh oleh David. Peter membalas kematian Natalia dengan menghabisi pembunuh Natalia yang kemudian terkejut bahwa regu pembunuh Natalia dipimpin oleh David, mantan anak didiknya. 

Dari Natalia diperoleh informasi bahwa Arkady tengah memburu seorang bernama Mira Filipova yang mengetahui masa kelam Arkady. Peter memburu hingga sampai ke tempat penampungan pengungsi dan bertemu dengan Alice Fournier (Olga Kurylenko) yang nampaknya mengetahui tentang Mira Filipova. Perlahan-lahan terungkap semua kejadian yang menutupi peran Arkady.  Terungkap siapa musuh dalam selimut dan siapa yang sebenarnya menjadi pahlawan.


Review Gue :


Cerita yang diusung sebenarnya memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi twist yang lebih 'melintir' ataupun aksi kelas wahid. Namun nampakya Roger Donaldson agak 'malas' untuk membuat The November Man menjadi lebih tajam. Karyanya masih kalah dibandingkan dengan No Way Out (1987), White Sands (1992), The Getaway (1994), Dante's Peak (1997), Thirteen Days (2000), apalagi The Recruit (2003). Hal itu pula yang menyebabkan Pierce Brosnan seolah tidak bisa melepas stereotipe nya sebagai James Bond. Padahal Pierce sudah lumayan bisa lepas pada The Matador. Luke Bracey yang tampangnya mirip Sean Bean usia muda belum menunjukkan kemampuan maksimalnya. Olga Kurylenko pun tidak tampil prima layaknya di Quantum of Solace dan Oblivion.  Sayang juga buat Will Patton yang hanya diberikan peran sebentar. 


Kembali yang menjadi 'penyelamat' adalah Marco Beltrami, komposer yang menggawangi film ini. Karya Marco cukup menjadi penyelamat untuk tiap adegan cepat dan adegan aksi. Bagaimanapun karya Roger Donaldson ini bisa dinikmati bagi penggemar 'konspirasi ringan' yang tidak terlalu njelimet dan aksi yang cukup.  Seandainya bisa digarap lebih serius, bukan tidak mungkin Pierce akan menjadi pesaing berat dari Liam Neeson yang bisa cukup stabil dalam film-film nya...


Film ini gue rating 3 bintang dari 5 bintang...

Keep Rolling... Selamat Menikmati... Have a Great Watch...!!!

Rabu, 03 September 2014

HERCULES - Review Gue

Kisah lain Hercules sang Tentara Bayaran







Diangkat dari Novel Grafik dengan judul asli Hercules : Tha Thracian Wars yang disutradari oleh Brett Ratner, produksi Flynn Picture Company dan Radical Studios dengan distributor Paramount dan MGM. Budget pembuatan film ini menghabiskan USD 100 juta dengan hasil pemasukan USD 174 Juta per akhir Agt 2014.


Sinopsis Gue :

Hercules (Dwayne Johnson) adalah pemimpin dari kelompok tentara bayaran dengan 'anak buah' Amphiaraus (Ian McShane) jago tombak yang bisa meramal, Autolycus (Rufus Sewell) si ahli pisau, Tydeus (Aksel Hennie) ahli berkelahi yang tidak pernah berbicara, Atalanta (Ingrid Bolso Berdal) sang gadis Amazon yang ahli memanah dan tentunya keponakan 'abadinya' Iolaus (Reece Ritchie) yang menjadi pencerita tentang kehebatan Hercules. Diceritakan di awal bahwa Hercules 'dibuat gila' oleh Hera sehingga membunuh anak-anak dan istrinya (Irina Shayk), yang membuat Hercules bersumpah kepada Zeus untuk meninggalkan hidup abadi menjadi manusia biasa. Sewaktu tidur, Hercules juga sering bermimpi buruk tentang cerberus siluman serigala berkepala tiga yang dianggap membunuh istri dan anak-anaknya.

Suatu hari, Hercules didatangi oleh Ergenia (Rebecca Ferguson) puteri dari Lord Cotys (John Hurt) yang menawari Hercules dan timnya untuk melatih prajurit negeri Thrace dari ancaman serangan Rhesus (Tobias Santelmann). Dengan imbalan emas seberat berat tubuhnya, Hercules dan timnya menerima tawaran tersebut. Hercules pun melatih pasukan Thrace tersebut namun nampaknya Lord Cotys tidak sabar dengan meminta Hercules mencegat pasukan Rhesus yang telah menyerbu rakyatnya di perbatasan. Akhirnya Hercules dan timnya setuju untuk memberangkatkan pasukan Thrace, namun pada suatu tempat ternyata mereka diserbu oleh pasukan barbar yang menyebabkan separuh dari pasukan Thrace tewas. Hercules kembali memaksa Lord Cotys untuk melatih prajurit-prajurit tersebut agar siap dalam bertempur.  Setelah dianggap siap, maka Hercules dan prajurit Thrace pun berhadapan dengan pasukan Rhesus. Dengan strategi yang ampuh, pasukan Rhesus dapat dipukul mundur dan Rhesus pun dapat ditawan.  Diluar dugaan, Rhesus menyatakan bahwa ia bukanlah penjahat perang yang membunuh ratusan nyawa, namun hanya seorang raja lokal yang tidak ingin wilayahnya dianeksasi oleh Lord Cotys sehingga Lord Cotys mengirim pasukannya untuk menghabisi Rhesus.

Dari seorang pendekar bayaran, Hercules tergugah nuraninya untuk membebaskan Rhesus, yang mendapat tentangan dari Autolycus yang akhirnya meninggalkan Hercules. Upaya Hercules untuk membebaskan Rhesus pun melalui jalan yang berat hingga tertawan. Baru kemudian diketahui siapa pembunuh istri dan anak-anak Hercules dan mengapa Ergenia terkesan membela sang ayah dalam menginvasi negeri-negeri kecil untuk dijadikan kesatuan oleh Thrace. 


Review Gue :

Dengan dibesut oleh Brett Ratner yang dikenal bertangan dingin membesut Trilogy Rush Hour, X-Men The Last Stand dan Red Dragon, film ini menjanjikan alur cerita yang menarik. Belum lagi dibelakangnya terdapat Barry Levine dan Peter Berg para sineas 'lapangan' yang duduk sebagai produser eksekutif. 

Dwayne Johnson sendiri untuk mendalami perannya rela untuk hidup menyendiri terasing selama 6 bulan di Budapest layaknya biarawan sambil berlatih kebugaran secara intensif untuk mendapatkan karakter Hercules yang terasing dan kehilangan keluarganya.

John Hurt sebagai Lord Cotys tidak bisa mengimbangi kharisma Peter O'Toole di film Troy, namun cukup menonjol dibandingkan Dwayne sendiri. Yang agak mencuri malah Ian McShane dan Rufus Sewell dengan akting yang lepas dan nampak bisa lebih berimprovisasi sehingga membuat suasana lebih segar. Beberapa aktor dan aktris daratan Eropa yang  diajak dalam film ini membuat nuansa film ini lebih 'internasional' ketimbang terlalu 'Hollywood'. Tidak heran nampaknya ini karena campur tangan Peter Berg sebagai Produser Eksekutif yang biasa membesut film dengan tema-tema internasional. 

Secara keseluruhan, Hercules memberikan kisah baru yang lebih manusiawi dibandingkan dengan cerita-cerita yang sering kita dengar ataupun film-film tentang Hercules. Beberapa sifat manusiawi Hercules seperti mimpi buruk yang menakutkan dirinya dan 'kejengkelan' terhadap ramalan Amphiaraus yang yakin akan waktu kematian dirinya yang selalu dipatahkan oleh Hercules membuat Hercules manjadi manusia tanpa embel-embel setengah dewa.

O ya. Jika ingin melihat kehadiran pacar dari Cristiano Ronaldo, Irina Shayk muncul di film ini sebagai istri Hercules yang akhirnya mati terbunuh. Jangan liat aktingnya, cukup tahu cantik moleknya pacar Ronaldo yang seksi tersebut...

Film ini gue rating 4 bintang dari 5 bintang...

Keep Rolling... Selamat Menikmati... Have a Great Watch...!!!

Selasa, 02 September 2014

SAFE HAVEN - Review Gue

Karya Tanggung Lasse Hallstrom








Merupakan film drama romantis karya sutradara Lasse Hallstrom asal Swedia hasil adaptasi dari novel karya Nicholas Sparks dengan judul yang sama. Dibuat dengan biaya sebesar USD 28 juta dan menghasilkan pendapatan sebesar USD 97 juta.


Sinopsis Gue :

Diawali dengan 'kabur'nya seorang wanita yang kemudian bernama Katie/Erin (Julianne Hough) dari Boston dengan menggunakan bus antar negara bagian tanpa memiliki tujuan pergi. Hingga pada suatu kota kecil bernama South Port, North Caroline, Katie merasa tertarik untuk menetap dan bekerja sebagai pelayan restoran di kota tersebut. Bertemu dengan Alex Wheatley (Josh Duhamel) seorang duda beranak dua pemilik toko kelontong di kota tersebut, membuat Katie merasa lebih betah dengan sambutan Alex dan anak-anaknya.  Sementara Katie tinggal di pinggiran kota yang bertetangga dengan seorang wanita muda bernama Jo (Cobie Smulders).  Hubungan antara Alex dan Katie semakin dekat seiring dengan keakraban mereka.

Tanpa disadari, datanglah seorang dari kota Boston yang mengaku petugas polisi bernama Kevin Tierney (David Lyons) yang melacak keberadaan Katie. Ternyata diketahui bahwa Katie bernama asli Erin Tierney yang sedang dicari pihak kepolisian atas tindakan kriminal dan ternyata Erin adalah mantan istri dari Kevin.  Alex yang mengetahui hal tersebut marah besar atas kebohongan Katie/Erin. Katie berusaha menjelaskan tentang peristiwa yang sebenarnya terjadi.  Setelah penjelasan tersebut, Alex perlahan dapat memahami perasaan Katie dan bersedia menjadi pelindung Katie.

Konflik memuncak saat Kevin dalam keadaan mabuk menemui Katie dan melakukan pemaksaan untuk kembali ke Boston bersamanya. Karena menolak, maka kabin tempat Katie dan Lexie, putri dari Alex pun dibakar oleh Kevin. Dalam kondisi kritis datanglah Alex menyelamatkan mereka. Cerita pun berakhir bahagia dengan sedikit twist di bagian menjelang penutupnya.


Review Gue :

Setelah sukses menggarap What's Eating Gilbert Grape (1993) yang mengangkat nama Leonardo DiCaprio, Cider House Rules (1999) yang mengangkat nama Tobey Maguire, Chocolat (2000) yang mengokohkan nama Juliet Binoche, The Shipping News (2001) dengan 'bertaburan' dengan pemeran karakter yang kuat, dan yang cukup diingat adalah Salmon Fishing in the Yemen (2011) dengan penceritaan yang kuat, nampak sekali bahwa Safe Have digarap dengan setengah hati oleh sutradara sekaliber Hallstrom. Memang karya Nicholas Sparks merupakan karya roman yang sederhana dan menyentuh, namun biasanya Hallstrom mampu menghidupkan karakter-karakter dalam cerita menjadi lebih dalam. Hal tersebut tidak ditemui dalam film ini. Memang sih tahun 2014 ini Hallstrom telah menebusnya dengan The Hundred Foot-Journey yang jauh lebih berbobot, tapi tetap saja berasa ada ganjalan atas karyanya di Safe Haven ini. Dalam hal ini Josh Duhamel dan Julianne Hough tidak dapat sepenuhnya disalahkan jika 'chemistry' mereka kurang kuat, karena memang nampaknya Hallstrom sedang 'ogah-ogah'an menggarapnya. Beruntung karena pemeran wanitanya diperankan oleh Julianne Hough yang termasuk pendatang baru sehingga bisa bermain lepas . Semula peran ini akan diperankan oleh Keira Knightley atau Carey Mulligan, bisa dibayangkan betapa banyak karakter yang 'terbuang' karena tanggungnya garapan Hallstrom ini. 

Bagaimanapun, film ini layak ditonton bagi para pasangan muda karena hal ini berkisah tentang cinta yang tulus, pengorbanan dan loyalitas sesuai dengan tema dari novel Safe Haven karya Nicholas Sparks ini. Walaupun tidak sebaik The Fault is in Our Stars, toh film ini masih bisa dinikmati film ini dari sisi perjuangan cintanya...


Gue kasih rating 2,5 dari 5 bintang gue...

Keep Rolling... Selamat Menikmati... Have a Great Watch... !!!

Senin, 01 September 2014

THE QUIET ONES - Review Gue

Kekuatan Hitam yang Mencari Inang



Merupakan film horror buatan Inggris yang dirillis April 2014 dengan tim pembuat film dari 'The Women in Black'

Sinopsis Gue :

Bulan Mei 1974, Dr. Joseph Coupland (Joseph Harris) memberikan mata kuliah di Oxford mengemukakan teori bahwa supranatural pada dasarnya tidak ada karena tidak pernah bisa dibuktikan secara empiris. Dengan menayangkan beberapa film eksperimennya, Joseph meyakini bahwa hal-hal yang disebut supranatural adalah kondisi psikologis ekstrim semata. Joseph berencana melakukan eksperimen lanjutan, maka direkrutlah beberapa mahasiswa dan mahasiswi yaitu Brian McNeill (Sam Claflin), Krissi (Erin Richards) dan Harry Abrams (Rory Fleck-Byrne).  Subyek penelitian adalah  Jane Harper (Olivia Cooke), seorang gadis yang memiliki fenomena aneh yang membuat dia diasingkan oleh keluarga.  Jane dikurung dalam sebuah kamar terkunci yang senantiasa dikagetkan dengan bunyi-bunyian dari musik cadas dengan tujuan tidak membuatnya tertidur sehingga sisi gelap dari Jane akan keluar. 

Eksperimen tersebut semakin lama berlangsung semakin aneh, juga dengan semakin dekatnya hubungan antara Brian dengan Jane yang mengarah ke situasi romansa.  Pada suatu peristiwa maka terungkaplah siapa Jane sebenarnya dan hasil riset tersebut membawa kepada situasi yang tidak dapat diduga. 


Review Gue :

Ini memang jenis film horror, tapi berhubung film ini merupakan film buatan negara Inggris, maka temponya pun terasa lambat.  Ketegangan-ketegangan yang ditunggu tidak juga muncul sehingga lama-lama jenuh juga menunggu kejutan ciri khas film horror. Joseph Harris yang bermain bagus di Sherlock Holmes menjadi bermain 'malas' sesuai dengan nuansa Inggrisnya. Olivia Cooke yang mungkin bisa diharapkan bisa menjadi pengganti 'Carrie' ternyata tidak bisa diharapkan lebih. Tagline bahwa tim pembuat film ini adalah tim yang sama dalam pembuatan film 'The Black Magic Woman' nampaknya gagal dalam membangun ketegangan dalam film karya sebelumnya. Walaupun film ini dibuat dengan twist ending, namun nampaknya terlambat untuk membangkitkan 'gairah' horror yang sudah padam duluan. 

Film ini gue kasih 2 bintang dari 5 bintang ...

Keep Rolling... Selamat Menikmati... Have a Great Watch... !!!