Selasa, 26 Agustus 2014

LUCY - Review Gue

Pendayagunaan 100% Otak a la Luc Besson




Film Laga Sains Fiksi karya Sineas Luc Besson yang telah dikenal dengan Taxi, Leon: The Professional dan Fifth Element-nya mengangkat tema yang sering menjadi mitos dalam ilmu pengetahuan bahwa manusia hanya menggunakan 10% dari kemampuan otaknya. Syuting dilakukan di Taipei, Paris dan New York.


Sinopsis Gue:

Lucy (Scarlett Johansson), seorang gadis biasa Amerika kebanyakan yang sedang berada di Taiwan diminta tolong oleh kekasihnya Richard (Pilou Asbaek) untuk mengantarkan paket untuk Mr. Jang (Choi Min Sik).  Tugas yang seharusnya sederhana tersebut ternyata malah membuat Lucy terlibat dalam perdagangan narkoba tingkat tinggi. Lucy ditangkap dan dimanfaatkan menjadi kurir narkoba antar negara dengan cara menyelundupkan narkoba jenis baru bernama CPH4 kedalam perut Lucy dengan operasi.  Sialnya, bungkusan narkoba tersebut bocor di dalam tubuh Lucy sehingga mengakibatkan perubahan dramatis pada Lucy, dimana ia dapat meningkatkan kemampuan otaknya hingga lebih tinggi dari kemampuan manusia, bahkan hingga 100%.  Dengan kekuatan baru yang luar biasa tersebut, Lucy berubah menjadi wanita beringas yang menjadi pembunuh berdarah dingin untuk membalas perbuatan Mr. Jang.  Bantuan dari Professor Norman (Morgan Freeman) membuat Lucy dapat memberikan kemampuannya untuk ilmu pengetahuan.  Dengan kawalan seorang polisi Perancis, Kapten Pierre Del Rio (Amr Waked) pula Lucy dapat mengumpulkan beberapa narkoba yang diselundupkan ke negara lain di Eropa.


Review Gue :

Ini merupakan karya Epik dari Luc Besson setelah Leon: The Professional dan Fifth Element.  Tidak bisa dipungkiri, sineas yang sering disebut sebagai 'Steven Spielberg' nya Perancis ini mampu membuat film-film aksi yang punya nilai lebih dibanding sineas Hollywood. Scarlett Johansson mampu menerjemahkan keinginan Besson dari karakter Lucy yang lemah menjadi pembunuh berdarah dingin tanpa rasa takut dan tanpa rasa sakit. Morgan Freeman bermain tanggung sehingga nampak 'tergilas' oleh Johansson.  Adapun Choi Min Sik sebagai Mr. Jang cukup mengeksploitasi karakternya. Aktor Korea Selatan yang sukses memerankan Old Boy yang fenomenal tersebut sayangnya tidak diberikan porsi lebih seperti Gary Oldman dalam Leon: The Professional. 

Ada beberapa hal menarik dalam film ini yang (mungkin) cukup penting :

Peran awal Lucy sebenarnya akan diberikan kepada Angelina Jolie, namun kehadiran Scarlett Johansson mampu mengalihkan perhatian Besson sehingga peran Lucy pun jatuh ke tangan Johansson.

Mr. Jang dibentuk karakternya sama ganasnya dengan tokoh penjahat yang diperankan Gary Oldman di film Leon karya awal dari Luc Besson. 

Nama Lucy diambil dari fosil Australophitecus afarensis yang diketahui memiliki otak hanya seberat 400 gram, dibanding dengan manusia modern yang seberat 1.400 gram. Dari hal itulah Besson terusik dengan mitos bahwa manusia modern hanya menggunakan kemampuan otaknya maksimal hanya 10% nya saja. Besson sendiri perlu waktu 10 tahun untuk dapat membuat alur cerita penggunaan otak tersebut menjadi cerita laga sains fiksi.

Jika diperhatikan, Lucy terdiri dari 3 (tiga) model film besar, tahap awal film nampak mengingatkan kita pada film Leon: The Professional karya awal dari Luc Besson, tengah film mengingatkan kita pada film Inception karya Christoper Nolan, dan pada sepertiga akhir mengingatkan kita pada film 2001: A Space Odyssey karya Stanley Kubrick.

Lucy merupakan film dengan budget terbesar yang pernah dibiayai oleh Europacorp yaitu 49 juta Euro. Lucy juga merupakan film karya Besson yang paling banyak menggunakan spesial efek, termasuk adegan tabrakan mobil dan kejar-kejaran mobil yang biasanya dikerjakan oleh Besson secara riil.  ILM (Industrial Light & Magic) yang diserahkan kepercayaan untuk membuat sebagian besar spesial efeknya.

Film ini layak untuk dinikmati sebagai film aksi laga sains fiksi tanpa ceramah basa basi tentang kemanusiaan dan hakikat hidup.  Buat gue, Lucy menjadikan film Transcendence-nya Johny Depp jadi 'melow'...

Film ini gue rating 4,5 bintang dari 5 bintang...

Keep Rolling... Selamat Menikmati... Have a Great Watch...!!!         
 

Senin, 25 Agustus 2014

MENGEJAR MALAM PERTAMA - Review Gue

Drama Komedi Pernikahan yang 'Kebelet'






Diangkat dari Novel berjudul sama karangan Wenda Koiman dengan sutradara Fransiska Fiorella alias Siska Dopert dan produser Firman Bintang.

Sinopsis Gue :

Dibuka dengan akad nikah antara Doni (Ananda Omesh) dengan Gysta (Acha Septriasa) cerita sudah mulai dibuat komedik dengan tingkah Bu Broto (Roweina Umboh) ibunda dari Gysta yang ternyata pelit minta ampun. Cerita kemudian beralih kilas balik ke pertemuan awal Doni dan Gysta yang serba kebetulan. Tanpa babibu lagi, dilamarlah Gysta oleh Doni. Doni yang selama ini menjadi pemasok film biru oleh teman-teman sekantornya ternyata berpendapat bahwa pada malam pertama pernikahan harus dilalui dengan aktifitas seksual.  Maka dipersiapkan segala daya upaya untuk memuluskan aktifitas seksual tersebut, yang ternyata gagal dieksekusi di malam pertama karena berbagai insiden. Ekseskusi pun diupayakan dilakukan pada saat bulan madu. Dengan usaha yang 'extra' berat, toh seks malam pertama tidak kesampaian, dan hal ini diperparah dengan datangnya masa menstruasi Gysta yang membuat Doni harus 'puasa'.  Sampai pada akhirnya konflik muncul saat Doni dipromosikan sebagai manajer dan ditugaskan keluar kota bersama Fira (Donita) yang ternyata menaruh hati kepada Doni. Antara hasrat dan komitmen beradu pada Doni sehingga membuat Doni memutuskan untuk kembali ke Gysta yang menanti.

Review Gue :

Drama komedi ringan ini sebenarnya memiliki potensi yang lebih jika ingin 'diseriusi'. Namun waktu syuting yang hanya sepekan tentunya tidak membuat para pemain bisa maksimal mengeksplorasi kemampuannya.  Acha sebagai Gysta tak kesulitan dalam bermain walaupun masih dibawah kemampuannya di Love (2008) dan Test Pack (2012), namun masih bisa bermain lepas. Omesh yang sudah berupaya keras mengimbangi Acha patut diberikan penghargaan mengingat perannya yang utama, memang chemistry keduanya belum nyangkut, untunglah Acha bisa membuat Omesh tidak kelimpungan. Roweina Umboh ternyata mampu keluar dari stereotipe pemain sinetron dengan karakter Bu Broto yang ceriwis dan pelit. Boris yang berperan sebagai teman sekantor Doni mampu mencuri perhatian dengan aktingnya melampaui Dallas Pratama yang masih bernuansa sinetron. Epy Kusnandar nampak menyatu dengan keseharian pemilik kontrakan yang memiliki dua istri dengan gaya santai stereotipe masyarakat Betawi. Terlalu banyaknya aktor/aktris menengah dengan cerita cepat dan cenderung berjejal membuat masing-masing karakter tidak bisa menonjolkan diri. Pantas dihargai adalah cerita yang general dan tidak terlalu a la sinetron sehingga masih bisa dinikmati alur dan komedinya.

Film ini gue kasih 3 bintang dari 5 bintang...

Keep Rolling... Selamat Menikmati... Have a Great Watch...!!!

Sabtu, 23 Agustus 2014

NEGERI TANPA TELINGA - Review Gue

Absurditas Telinga dan Kicauan Koruptor






Suatu Negeri dimana Tukang Pijat Refleksi memiliki akses yang luas dengan para petinggi-petinggi negeri dimana terlibat ditengah konspirasi diluar jangkauannya.

Sinopsis Gue :

Naga (T. Rifnu Wikana) adalah seorang tukang pijat refleksi yang memiliki 'pasien' dari berbagai kalangan, termasuk kalangan pejabat dan selebritis. Sebagai tukang pijat refleksi, Naga juga bertindak sebagai 'pendengar setia' dari para pasiennya.  Hal tersebut yang membuat Naga merasa bahwa telinganya sudah tidak tahan terhadap keluhan dan kicauan para pasiennya sehingga memutuskan untuk berobat ke ahli THT, Dokter Sangkakala (Landung Simatupang).  Cerita berpindah (nampaknya secara) flashback kepada aktifitas Naga yang dipanggil kesana kemari untuk memijat pasiennya dengan menggunakan skuter bututnya. Suasana saat itu sedang ramai-ramainya menjelang pesta demokrasi dengan seliweran truk kampanye yang hiruk pikuk. 

Adalah Partai Amal Syurga yang dipimpin oleh Ustadz Etawa (Lukman Sardi) yang sedang melobi pengusaha untuk suatu transaksi impor daging. Partai lainnya, Partai Martobat yang dipimpin oleh Piton Wangsalaba (Ray Sahetapy) memiliki ambisi menjadi partai terbesar dan menjadi presiden negeri dengan dibantu oleh menteri Joki Ringkik (Rukman Rosadi) yang juga berambisi menjadi Cawapres dan pelobi Mr. Marmood (Tanta Ginting). Dana untuk pilpres tersebut diperoleh dari proyek perumahan untuk rakyat yang digelembungkan nilai pengerjaannya. Ada pula Tikis Queenta (Kellly Tandiono) sebagai pelobi dari pihak partai ke lingkungan parlemen yang menggunakan segala cara untuk memuluskan niat tersebut. Pergerakan partai tersebut diendus oleh seorang reporter Chika Cemani (Jenny Zhang) dari TV 9 yang berusaha mendapatkan berita berbobot. 

Lembaga anti korupsi KAPAK juga berusaha memburu pihak-pihak yang dicurigai telah melakukan penggelapan uang negeri. Sambil menunggu waktu yang tepat, pimpinan KAPAK  (Gary Iskak) menyusun strategi untuk dapat menangkap basah para penggelap uang negeri. Pada akhirnya, KAPAK berhasil menangkap satu  persatu pelaku yang menggelapkan uang negeri dan dilakukan persidangan dengan vonis yang tidak ringan, setelah sebelumnya terjadi intrik dan konspirasi dari masing-masing partai.


Review Gue :

Film besutan Lola Amaria kali ini lebih 'segar' dalam menusuk tingkah laku para penggede negeri. Banyak karakter-karakter yang mengejutkan dari para aktor-aktris ditampilkan disini.  Dibuka dari kunjungan Naga ke dokter Sangkakala dan diakhiri dengan (maksudnya) twist ending dari kedatangan Naga ke dokter tersebut, Lola mencoba memasukkan unsur absurditas dalam filmnya, selain dari truk sirkus yang berlalu pelan sambil diikuti oleh seorang bocah dan dokter THT yang asyik bermain saksofon di balkon rumahnya pada tengah malam.  Gaya intrik politis yang dibungkus dengan satir tajam dan komedik juga yang membuat film ini bertutur lancar secara linear dan mudah dipahami. Banyak adegan yang membuat terkekeh dan tersenyum kecut mengingat kejadian yang memiliki banyak kemiripan (sama) dengan kondisi akhir-akhir ini.    Lukman Sardi, jelas menjadi nilai lebih dengan perannya yang sangat komedik dan satiris.  Tertawa rasanya melihat gaya ustadz-nya dalam melakukan strategi dengan sisipan kalimat-kalimat agamis, yang diikuti para bawahannya. Ray Sahetapi bermain lancar seperti biasa sebagai politikus ulung yang takut istri, namun karakternya sebagai politikus licin berubah (dirubah) menjadi penjahat garang laksana tokoh antagonis di film The Raid yang dibintanginya. Gaya komedik Tanta Ginting sebagai bendahara partai sebenarnya memiliki potensi menguasai layar sebagai pelobi dan ahli cuci tangan dengan kalimatnya "saya cuma bendahara partai, bisa apa saya..." yang berulang-ulang. Namun suaranya yang dibuat kecil dan melengking kok jadi terasa agak mengganggu ya. Gary Iskak sebagai ketua KAPAK juga dipaksa keluar dari mainstream perannya yang stereotip sehingga nampak lebih fresh.

Dari cerita dan penuturannya, jangan harap film ini menjadi box office karena akan banyak telingan yang akan panas dan wajah yang merah padam menonton film ini.  Oh ya, adegan sex nya walaupun dibuat secara 'manis' ala hollywood namun masih terlalu eksplisit untuk sutradara sekelas Lola.  Jelas film ini berating dewasa untuk tayangan teater. Bagaimanapun, keberanian dan 'kenekatan' Lola dalam membesut film ini patut diberikan dua jempol...

Film ini gue rating 4 dari 5 bintang...

Keep Rolling... Selamat Menikmati... Have a Great Watch...!!!  


 

Jumat, 22 Agustus 2014

GUARDIANS OF THE GALAXY - Review Gue

Bunch of A Holes that Become a Heroes





Merupakan kisah fiksi ilmiah yang disadur dari komik terbitan Marvel yang dibuat oleh Studio Marvel dan didistribusikan oleh Walt Disney Motion Pictures.  Film ini merupakan produksi Studio Marvel yang kesepuluh.

Sinopsis Gue :

Dibuka pada tahun 1988,  sesaat setelah sang ibu wafat, Peter Quill yang masih anak-anak diculik oleh kaum Ravager, alien perompak yang dipimpin oleh Yondu Odonta (Michel Rooker).  Berselang 26 tahun kemudian, Peter Quill (Chris Pratt) alias Star-Lord mencuri sebuah bola di Planet Morag yang kemudian dicegat oleh Korath (Djimon Hounsou), anak buah dari Ronan the Accuser (Lee Pace) dari Bangsa Kree. Yondu sang 'ayah angkat' meminta agar bola tersebut segera diserahkan kepadanya, namun Peter memutuskan untuk menjualnya sendiri. Korath yang gagal merebut bola tersebut melapor kepada Ronan, yang segera mengutus Nebula (Karen Gillan) untuk merebut bola tersebut, namun Gamora (Zoe Saldana) mengajukan diri secara sukarela untuk merebut bola itu dari Peter. Ronan menyetujui dengan protes keras dari Nebula. Di Planet Xandar, Peter bermaksud menjual bola tersebut kepada seorang penadah, namun begitu nama Ronan disebut, penadah tersebut menolak untuk membeli bola tersebut. Saat itu Gamora muncul dan merebut bola dari Peter.  Adalah Rocket Racoon (disuarakan oleh Bradley Cooper) dan Groot (disuarakan oleh Vin Diesel), para pemburu bayaran yang rupanya juga mengincar Peter menjadi terlibat pertarungan dengan membawa kepentingan masing-masing.  Malang, mereka berempat tertangkap oleh Pasukan Nova Corp yang dipimpin oleh Nova Prime Irani Rael (Glenn Close).  Oleh Nova Corp, mereka dijebloskan ke Penjara Kyln. Di dalam penjara, Gamora telah diincar untuk dibunuh oleh Drax the Destroyer (Dave Bautista) karena Gamora merupakan anak angkat dari Thanos dan Ronan adalah kepercayaan Thanos. Gamora diselamatkan oleh Peter, Rocket dan Groot untuk kemudian akhirnya Drax ikut bergabung dlam kelompok tersebut.  Rocket pun merencanakan untuk melarikan diri dari penjara Kyln dengan dibantu Peter, Gamora, Drax dan Groot.

Pelarian mereka dari Penjara membawa kelompok itu kepada calon pembeli lain yaitu Taneleer Tivan atau The Collector (Benicio del Toro). Dari Tivan itulah diketahui bahwa ternyata bola tersebut berisi Infinity Stone. Siapapun yang tersentuh oleh benda tersebut maka akan hancur lebur.  Tanpa diketahui, seorang pegawai Tivan menyentuh benda tersebut, maka kediaman Tivan pun luluh lantak akibat kekuatan Infinity Stone.  Pasukan Ronan ternyata berhasil menyusul Peter dan kelompoknya untuk merebut Infinity Stone.  Dalam suatu pertempuran, Infinity Stone berhasil direbut oleh Ronan sehingga kekuatan Ronan menjadi tak terhingga. Dengan kekuatan tersebut Ronan berniat untuk menghancurkan Xandar.  Maka Peter, Gamora, Rocket, Groot dan Drax pun berjuang keras untuk mengagalkan rencana Ronan tersebut. Untuk bisa mengalahkan Ronan diperlukan pengorbanan yang besar bagi mereka agar Xandar tidak musnah.


Review Gue:

Film yang murni komikal dan ringan dengan spesial yang berhamburan. Memang tidak 'seindah' Avatar, namun jelas menghibur.  Chris Pratt sebagai Peter Quill bermain lepas tanpa beban dengan tingkah laku yang kadang kekanakan dengan walkaman tahun 1979 yang menjadi ciri khasnya.  Chris menghabiskan waktunya selama 6 minggu membentuk badan sehingga terlihat berotot seperti yang ada di film. Zoe Saldana sebagai Gamora juga bermain santai.  Jika dalam Avatar Zoe berwarna biru, maka dalam Guardians, Zoe diwarnai hijau. Dave Bautista sebagai Drax masih agak terbata-bata, namun untung diselamatkan oleh para bunch of a holes sehingga tidak menjadi timpang.  Bradley Cooper yang mengisi suara Rocket cukup atraktif dalam berperan dan bisa melepas karakter 'bengal' nya  dalam franchise Hangover.  Nilai lebih diberikan pada Groot yang suaranya diisi oleh Vin Diesel.  Vin Diesel mengisi suara Groot setelah cukup lama tenggelam dalam kesedihan yang mendalam karena kehilangan sahabat dekatnya, Paul Walker yang tewas dalam kecelakaan.  Ternyata, untuk mengucapkan hanya "I am Groot...", Vin Diesel harus merekam kalimat tersebut sampai 1.000 kali.  Benicio Del Toro sebagai The Collector cukup mencuri perhatian dengan kostum a la "Liberace" luar angkasa.  Dengan penampilan yang sangat flamboyan sangat berbeda dengan penampilannya di film Savage karya Oliver Stone.  Musik pengiring lebih banyak menggunakan musik dari era 1970 - 1980 an sehingga akan terasa aneh bagi penonton kelahiran era 1990 ke atas. Namun bagi penonton usia 40 tahun ke atas, akan bisa menikmati soundtrack tersebut.  Dengan kesuksesan Box Office yang diperoleh, bukan tidak mungkin akan dibuat sekuelnya....


Film ini gue rating 4 bintang dari 5 bintang ...

Keep Rolling... Selamat Menikmati... Have a Great Watch...!!!

Senin, 18 Agustus 2014

THE EXPENDABLES 3 - Review Gue

Rambo Satu Regu, Regenerasi yang Ragu








Film ini merupakan sekuel dari The Expendables dan The Expendables 2.  Mengisahkan para mercenaries (pasukan bayaran) dari berbagai level dan ketrampilan yang masih memiliki 'nurani' dalam melakukan aksinya.

Sinopsis Gue :

Dibuka dengan operasi penyelamatan seorang tawanan yang dibawa oleh kereta militer dengan pengawalan tinggiBarney Ross (Sylvester Stallone) menjadi pilot helikopter dengan team Expendables-nya yaitu Lee Christmas (Jason Statham), Gunnar Jensen (Dolph Lundgren) dan Toll Road (Randy Couture). Tawanan tersebut ternyata adalah Doc (Wesley Snipes), anggota awal dari Expendables yang ditawan pihak Rusia selama 8 tahun.  Doc dibebaskan oleh Barney karena dibutuhkan untuk 'membereskan' pedagang senjata yang berada di Mogadishu, Somalia. Ditambah dengan Hale Caesar (Terry Crews), The Expendables merangsek ke Mogadishu untuk melaksanakan operasi.  Diluar dugaan, obyek buruan mereka ternyata adalah Conrad Stonebanks (Mel Gibson) yang juga adalah mantan anggota awal Expendables yang 'pindah haluan'.  Barney mendapat perlawanan berat dari pasukan Conrad yang berujung Caesar terluka parah.  Rasa frustrasi Barney diperparah dengan tekanan dari Max Drummer (Harrison Ford), pejabat CIA yang menugaskan Barney untuk operasi tersebut.

Barney  menyatakan bahwa Expendables dibubarkan dan ia akan merekrut anggota baru yang lebih muda.  Dengan bantuan Bonaparte (Kelsey Grammer), Barney berkeliling mencari anggota Expendables yang masih fresh.  Direkrutlah beberapa anggota muda yaitu Thorn (Glen Powell) yang ahli komputer dan ahli strategi, Luna (Ronda Rousey) wanita penjaga keamanan (bouncer) di klab malam, Mars (Victor Ortiz) seorang sniper dan John Smilee (Kellan Lutz) sang mantan Navy Seal. Young Expendables ini diperintahkan untuk menangkap Stonebanks hidup-hidup untk diadili di Den Haag sebagai penjahat perang.  Strategi awal yang mulus dalam menangkap Stonebanks hidup-hidup ternyata berbuah malapetaka yang menyebabkan keadaan berbalik sehingga para Young Expendables malah tertangkap dan disandera oleh Stonebanks dan pasukan bayarannya. Barney berhasil lolos untuk kembali menyusun rencana menangkap Stonebanks dan membebaskan Young Expendables.

Kembali frustrasi, Barney berniat untuk melakukan operasi pembebasan tersebut seorang diri walaupun diperingatkan oleh Trench Mauser (Arnold Schwarzenegger) bahwa itu akan menjadi usaha bunuh diri, namun tidak diindahkan oleh Barney. Barney akhirnya bersedia dibantu oleh Galgo (Antonio Banderas) mantan Pasukan Khusus Spanyol yang cerewet dan senang bicara.  Saat hendak berangkat, ternyata Old Expendables sudah siap mencegat pesawat Barney dan bertekad untuk pergi bersama Barney.  Trench rupanya menyusun operasi evakuasi dengan disertai oleh Drummer sendiri dibantu oleh Yin Yang (Jet Li). 

Maka pertempuran pun terjadi di wilayah Azmenistan tempat Young Expendables disandera yang juga merupakan negara pelarian Stonebanks dengan angkatan bersenjata yang disuapnya.  Pertempuran sengit terjadi dan diakhiri dengan duel hidup-mati antara Barney dan Stonebanks ditengah detik-detik penghancuran gedung tempat mereka berduel. 


Review Gue :

Peringatan ! Ini adalah film dengan gaya 1980-an produk Carolco-Golam-Globus dimana pasukan Amerika menyerbu pasukan musuh dengan gaya habis-habisan, dimana pasukan musuh bertumbangan seperti penumpasan nyamuk dan sang jagoan hanya terkena luka gores sambil berkeringat dan berjelaga memamerkan otot.  Jangan protes akan jalannya cerita yang terlalu sederhana.  Jangan pula protes tentang berbagai hal mengapa hal ini bisa terjadi, mengapa hal itu bisa terjadi.  Nikmati hamburan peluru dan ledakan-ledakan yang terjadi disana-sini.

Hanya Mel Gibson yang bisa bermain bebas berekspresi psikopat dan oportunis. Gayanya lebih mengingatkan pada film Payback, hanya lebih ringan. Antonio Banderas nampak over dengan celoteh-celotehnya walaupun jadi penghias diantara para Expendables yang dingin. Terbentuknya Young Expendables nampaknya memang terasa lebih membuang waktu dengan karakter yang nanggung. Yang lebih bisa benar-benar dinikmati adalah humor yang terselip disetiap waktu sekalipun dalam pertempuran. Humor singkat dan kadang satir khas 1980-an yang ringan itulah yang masih bisa menjadi daya tarik film iniAksi stunt nya juga masih kalah jauh dari film-film Eropa.

Yang menarik justru hal-hal yang terjadi di balik layar seperti hal tersebut :

Bruce Willis tidak bermain dalam film ini karena ia meminta bayaran USD 1juta per hari syuting dan ditolak oleh Produser dan Stallone. Dalam waktu 3 hari, Harrison Ford masuk menggantikan posisi Willis.

Jason Statham hampir mengalami kecelakaan fatal saat syuting adegan kecelakan truk yang tercebur ke laut karena rem blong. Statham tidak menggunakan stuntman saat adegan tersebut.

Stallone menawarkan peran kepada Jackie Chan sebagai pemeran pembantu, namun ditolak karena Chan menginginkan peran utama.

Mel Gibson awalnya ditawari sebagai sutradara film ini selain sebagai tokoh antagonis, namun ditolak oleh Gibson.

Terdapat adegan dimana Toll menanyakan kepada Doc kemana saja selama ini, dijawab dengan sinis oleh Doc bahwa dia dipenjara karena penggelapan pajak. Aslinya adalah Wesley Snipes memang dipenjara karena penggelapan pajak dari tahun 2010 sampai 2013. 

Jet Li tetap memperoleh bayaran tinggi walaupun perannya muncul tidak sampai 5 menit

Dalam satu adegan, Antonio Banderas menyenandungkan lagu "El novio de la muerte" (Pengantin Kematian). Lagu tersebut adalah Hymne dari Legiun Spanyol, pasukan khusus negara Spanyol, dimana Antonio Banderas adalah anggota kehormatan legiun tersebut pada tahun 2013.

Harrison Ford memerankan tokoh yang bisa menerbangkan helikopter dan menjalankan operasi penyelamatan.  Dalam kehidupannya, Ford memang piawai mengemudikan helikopter dan pernah beberapa kali ikut dalam operasi SAR.

Luna (Ronda Rousey) adalah atlet Ultimate Fighting Champion dan wanita AS pertama yang menyabet medali cabang oleh raga Judo Olimpiade 2008 di Beijing, Tiongkok. Ronda menjalani semua aksi syuting filmnya tanpa peran pengganti.


Film ini gue rating 3 bintang dari 5 bintang...

Keep Rolling... Selamat Menikmati... Have a Great Watch...!!!