Kamis, 31 Juli 2014

Dawn Of The Planet Of The Apes ; Review Gue

Kera yang Dimanusiawikan



Dawn Of The Planet Of The Apes (DoPoA) adalah film Fiksi Ilmiah yang merupakan film ke 8 dari keseluruhan franchise sejak Planet of The Apes tahun 1968. Khusus untuk film ini, merupakan kelanjutan (sekuel) dari Rise of The Planet of The Apes tahun 2011.

Sinopsis Gue :

Tahun 2016, Virus ALZ-113 menyebabkan kelumpuhan pada tatanan masyarakat dunia sehingga diberlakukanlah Undang-undang Darurat yang menyebabkan negara-negara di seluruh dunia mengalami kehancuranSepuluh tahun kemudian Caesar (Andy Serkis) menjadi pemimpin genarasi baru para kera yang terletak di hutan Muir. Didampingi oleh Koba (Toby Kebbell), Caesar memerintah koloninya dengan damai.  Hingga pada suatu saat, Blue Eyes (Nick Thurston) putera dari Caesar bersama dengan Ash (Doc Shaw) yang sedang menjelajah hutan bertemu dengan sekelompok 'human survivor' yang tengah mencari sumber energi pengganti dipimpin oleh Malcolm (Jason Clarke).  Dalam kepanikan dan ketakutan, anak buah Malcolm yang bernama Carver (Kirk Acevedo) tanpa sengaja menembak Ash sehingga terluka.  Hal ini membuat Caesar murka dan mengusir mereka dari hutan tersebut.

Human Survivor tersebut ternyata adalah sebagian kecil dari suatu komunitas lain yang lebih besar yang berhasil lolos dari kematian karena memiliki kekebalan tubuh sehingga tidak diserang oleh Virus ALZ-113.  Komunitas tersebut dipimpin oleh Dreyfus (Gary Oldman) yang meminta Malcolm untuk dapat mencari energi alternatif karena energi yang ada di kota saat itu mulai habis.  Harapan mereka terhadap energi tersebut ada pada bendungan yang terletak di tengah hutan Muir yang ternyata menjadi pusat koloni para kera yang dipimpin oleh Caesar.

Kepiawaian negosiasi Malcolm akhirnya memperoleh kepercayaan dari Caesar untuk membangun kembali energi dari bendungan yang sudah nyaris hancur tersebut. Usaha keras Malcolm tidak sia-sia, bendungan tersebut dapat kembali dioperasikan dan kota di komunitas tersebut dapat memperoleh energi listrik kembali. Namun tanpa disadari dari kedua belah pihak baik dari pihak komunitas kera dan komunitas manusia ada yang tidak terima akan terjadinya 'perdamaian' antara dua spesies ini.  

Dengan intrik yang dilakukan oleh Koba dari pihak kera dan kegelisahan Dreyfus, akhirnya pecahlah konflik terbuka antara komunitas kera dengan komunitas manusia.  Politik selalu memiliki kepentingan, dan kepentingan tersebut selalu akan memakan korban.

Review Gue :

Bagi yang belum pernah menonton The Rise of The Planet of The Apes, tentu akan kesulitan mengenal Caesar. Karena dalam film ini Caesar sudah 'jadi' dan 'matang' menjadi pemimpin koloni.  Bagi yang tidak menonton, tentunya akan melihat bahwa tokoh-tokoh di koloni kera adalah para antagonis yang penuh curiga dan dendam sehingga tidak sudi bergabung dengan manusia.  Kentara sekali tautan antara film ini dengan film pendahulunya meskipun karakter manusianya sama sekali baru (tidak ada pemain dari film sebelumnya yang menjadi pemain sekuelnya).  Benang merahnya justru ada di Caesar dan Koba, sang kera

Cerita yang sangat humanis ini sama sekali tidak menunjuk siapa protagonis dan siapa anatagonis.  Masing-masing dari koloni memiliki alasan yang kuat dan memiliki latar belakang yang kuat untuk melakukan serangan dan perlawanan.  Dan seperti pada kehidupan umumnya, setiap pemimpin yang bertikai, maka rakyat yang menjadi korban.  Kepanikan dari para anggota koloni, baik dari koloni kera maupun manusia benar-benar dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk melegitimasi tindakan kekerasan yang berujung pada penghancuran.

Jempol terbanyak masih tertuju kepada Andy Serkis sebagai Caesar.  Bahasa tubuhnya banyak berbicara tentang kepemimpinan, kekuasaanm keraguan dan kasih sayang kepada keluarga dan komunitasnya.  Setelah gemilang memerankan Gollum pada trilogi Lord of The Ring, menjadi Caesar rasanya bukan suatu hal yang berat bagi Andy.  Toby Kebbell sebagai Koba juga diapresiasi secara bagus menerjemahkan karakter kera yang senantiasa trauma akibat percobaan laboratorium yang dilakukan kepadanya. Kepatuhannya kepada Caesar yang telah menyelamatkannya dari lab dan ketidaksabarannya akan 'lunak'nya Caesar menghadapi manusia. 

Gary Oldman walaupun tetap bermain serius, namun tidak mampu mengeksploitasi secara total karena 'jatah'nya habis diambil oleh para kera... Jason Clarke masih dapat dimaklumi karena ini merupakan debutnya dalam film berbujet besar, karena selama ini Jason lebih banyak bermain sebagai pemeran pendamping, jika pun pemeran utama, masih terbatas pada film seri televisi. Kirk Acevedo sebagai Carver layak diperhatikan karena ulahnya yang menjadi pemancing perang antar spesies tersebut.

Film berdurasi 131 menit tersebut digeber dengan musik dari Michael Giacchino yang mulai dikenal secara 'serius' setelah menggarap Mission Impossible III dan sering kerja bareng dengan JJ Abrams untuk beberapa film Box Office.

Untuk film Humanis dengan spesial efek yang canggih (khusus pada kera) maka Dawn of The Planet of The Apes layak menjadi Hit Box Office yang bukan sekedar Pop Corn Movie.

Gue berani kasih 4,5 bintang dari 5 bintang punya gue...

Keep rolling... Selamat Menikmati... Have a great watch ...!!!   
    
     



 

Review How To Train Your Dragon 2

Hiccup, kembalinya Sang Ibu, Perginya Sang Ayah



Sinopsis Gue :

Lanjutan (sekuel) dari How To Train Your Dragon ini berselang waktu 5 tahun setelah terjadi 'perdamaian' antara Suku Berk dengan para naga yang kemudian malah bisa menjadi sahabat suku Berk, dengan memanfaatkan para naga untuk dijadikan tungganngan ayaupun membantu pekerjaan para penduduk suku Berk.

Hiccup (Jay Baruchel) telah didesak oleh sang ayah, Stoick The Vast (Gerard Butler) untuk dapat segera mempersiapkan diri manjadi Kepala Suku menggantikan sang ayah dengan dukungan Gobber The Belch (Craig Ferguson) sang 'panglima' suku Berk, namun Hiccup selalu memiliki alasan untuk menghindari desakan tersebut.  Hiccup lebih senang memetakan wilayah baru bersama Toothles, naga tunggangannya dengan ditemani Astrid Hofferson (America Ferrera) sang kekasihnya.

Dalam suatu peristiwa, ditemukan suatu gejala aneh yang membawa mereka pada petualangan yang tak terduga. Munculnya sang ibu, Valka (Cate Blanchett) yang dikira telah wafat, sibuknya Eret (Kit Harington) yang pergi menjelajah tanah viking untuk mengumpulkan para naga dan dijual kepada Drago Bludvist (Djimon Hounsou) serta adanya jenis naga dengan kasta tertinggi (Alpha) yang saling berduel singkat.

Krisis kepercayaan diri Hiccup pun timbul setelah ayahnya gugur melindunginya dari serangan Toothles yang 'dikuasai' oleh Drago.  Dengan berbagai peristiwa, akhirnya Hiccup bisa menjadi pemimpin suku Berk dan mengalahkan Drago Bludvist.

Review Gue :

Kehadiran Cate Blanchett sebagai Valka, ibu dari Hiccup menghidupkan suasana baru dalam petualangan mereka.  Cate nampak menyatu dalam perannya sehingga nuansa 'ibu yang hilang' yang berpotensi melow dapat dirubah menjadi suatu apologia yang anggun karena 'patriotisme' sang ibu dalam melestarikan para naga.  Kehadiran Djimon Hounsou sebagai Drago Bludvist menambah kelam nuansa film ini walaupun masih dalam koridor anak-anak.  Namun tetap dengan konsep kematian Stoick The Vast karena pengaruh Drago cukup kelam untuk dapat diterima oleh anak-anak. Djimon dapat menyuarakan tokoh yang terluka akibat ulah para naga beberapa masa lalu dan tekadnya untuk menjadi penakluk naga membuat karakter Drago tidak sepenuhnya 'hitam'. 

Beberapa adegan komedi juga turut menyegarkan film berdurasi 102 menit ini. Hiccup yang cenderung slengean dan anti kekerasan akhirnya harus membuat strategi dalam mengalahkan Drago.  Tingkah laku Ruffnut Thorston (Kristen Wiig) yang begitu tergila-gila dengan Eret membuat kesegaran tersendiri dalam film ini . 

Bagaimanapun, How To Train Your Dragon 2 tetap membutuhkan orang tua untuk mendampingi anak-anak supaya dapat menikmati film ini.  Adanya konsep balas dendam dan kematian perlu dijelaskan lebih lanjut dari orang tua dari film ini sehingga tidak sekedar menjadi film yang hanya sekedar rame belaka. 

John Powell sebagai pengisi musik dapat mendukung emosi dalam film ini.  Komposer yang sering bekerja sama dengan Hans Zimmer ini juga sering menggawangi film yang disutradarai Paul Greengrass dan bukan komposer asing bagi Dreamworks.  

Secara personal, gue kasih bintang 4 dari 5 bintang yang gue punya.

Slamat menikmati. Have a great  watch...!!!

Jumat, 25 Juli 2014

MALEFICENT, the review

MALEFICENT 
The Truth Behind The Tale






Dalam dongeng Walt Disney, Maleficent lebih dikenal sebagai peri jahat yang mengutuk seorang putri raja yang tertidur setelah tertusuk jarum pintal.  Tapi dalam film ini diceritakan hal-hal yang membuat Maleficent manjadi peri 'jahat', dan bagaimana sebenarnya peri Maleficent.

Sinopsis  :

Diceritakan dalam suatu masa, adalah suatu tempat antah berantah bernama Moor yang berisi peri dan makhluk halus lainnya yang hidup dalam keadaan tenang dan damai.  Diantara para peri, Maleficent adalah salah satu dari penghuni Moor.  Dalam suatu kesempatan, Stefan, seorang bocah dari negeri seberang yang menjadi 'pencuri', saat tertangkap oleh para pengawal Moor, Maleficent membebaskan Stefan dan kemudian malah menjadi sahabat.  Saat Maleficent beranjak dewasa, dia menjadi peri yang disegani di daerah Moor karena kecerdasan dan kebijaksanaannya.  Seiring dengan dewasanya Maleficent (Angelina Jolie) , hubungan dengan Stefan (Sharlto Copley)  pun berkembang menjadi hubungan istimewa. Namun berbeda dengan Maleficent, Stefan hanyalah seorang miskin yang berambisi untuk bisa masuk dalam lingkaran elite istana.  Raja di negeri seberang Moor sangat berambisi untuk menaklukkan milayah Moor karena dianggap sebagai pengganggu kedaulatan.  Moor tidak dalat ditaklukkan sebelum Maleficent dapat dikalahkan.  Dengan tipu daya pikatnya, Stefan berhasil membuat Maleficent kehilangan sayapnya yang berarti hilang juga kemampuannya untuk terbang.Rasa pedih dan sakit akibat dikhianati orang yang dikasihi, membuat Maleficent beruha menjadi Peri yang 'gelap' penuh dendam, sehingga negeri Moor pun berubah dari negeri peri yang ceria menjadi negeri peri yang kelam.  Adapun Stefan karena keberhasilannya membawa sayap Maleficent yang dianggapnya telah membunuh Malficent, maka dianugerahi oleh Sang Raja (Kenneth Cranham)  kedudukan tinggi dan dinikahi dengan putri raja (Hannah New), yang kemudian membuat Stefan menjadi raja.

Tahun berjalan, dan Stefan dianugerahi seorang putri cantik yang bernama Aurora  yang kehadirannya disambut rakyat seluruh negeri.  Dalam perayaan tersebut, datanglah 3 peri Knotgrass (Imelda Staunton), Thistlewit (Juno Temple) dan Flittle (Lesley Manville yang memberikan anugerah kepada sang putri berupa hal-hal yang baik untuk menjadi putri raja.  Tanpa diduga, datanglah Maleficent dengan dendamnya dan memberikan kutukan kepada sang putri raja.  Raja Stefan memohon agar Maleficent mencabut kutukan tersebut, namun Maleficent hanya bersedia mengurangi kadar kutukan.  Sang Raja yang ketakutan dan murka, segera memerintahkan agar semua alat pintal di negeri tersebut dimusnahkan diletakkan di tempat paling dasar di dalam istana.  Adapun sang putri dibawa keluar istana dan dibesarkan oleh 3 orang peri agar terhindar dari kutukan Maleficent sampai putri Aurora berusia 16 tahun.

Tanpa disadari, ternyata Maleficent senantiasa mengawasi perkembangan kedewasaan sang putri Aurora.  Dengan ditemani oleh pengawalnya yang setia - Diaval (Sam Riley), Maleficent terus berada disisi Aurora tanpa diketahui oleh ketiga peri tersebut.  Cukup banyak adegan yang lucu sewaktu Aurora masih bayi dan cara ketiga peri membesarkan Aurora yang 'kurang becus' sehingga malah diambil alih pengasuhannya oleh Maleficent. Memantau perkembangan Aurora dari hari ke hari membuat Maleficent menjadi jatuh hati kepada Aurora dan berusaha untuk membatalkan kutukannya.  Terlambat, kutukan tersebut tidak dapat dibatalkan.   Sampai pada waktunya Aurora menjadi dewasa (Elle Fanning), maka tingkat kedewasaan Aurora pun bertambah. Tanpa diduga, Maleficent menampakkan dirinya dihadapan Aurora.  Maleficent yang mengira bahwa Aurora akan takut terhadapnya malah menganggap Maleficent sebagai peri penjaganya. Kerasnya hati Malficent menjadi luluh seiring waktu melihat perkembangan Aurora dari waktu ke waktu.  Sampai saat menjelang usia 16 tahun Aurora bertemu dengan Pangeran Phillip (Brenton Thwaites) yang diharapkan Diaval dapat meruntuhkan kutukan Maleficent. 

Yang dikhawatirkan pun terjadi.  Aurora mengetahui bahwa Maleficent adalah peri yang mengutuk dirinya sewaktu masih bayi dulu. Dalam keputusasaannya Aurora berlari kembali ke istana sang ayah, Raja Stefan.  Stefan ternyata murka karena Aurora pulang tepat saat ulang tahunnya ke-16, padahal kutukan tersebut akan hilang pada saat Aurora melewati usia 16 tahun.  Aurora pun dikurung di ruangannya untuk menghindari 'serangan' Maleficent.  Ternyata Aurora menemukan jalan melarikan diri dan tanpa disadari malah melarikan diri ke tempat penyimpanan Alat pintal yang dihancurkan oleh Stefan bertahun-tahun lalu.  Aurora pun menyentuh jarum dari salah satu alat pintal tersebut dan langsung jatuh tertidur.  Ketiag peri yang menjaga Aurora berharap bnanyak pada Pangeran Phillip untuk dapat membebaskan kutukan Maleficent dengan menciumnya.  Ternyata ciuman Pangeran Phillip tidak dapat membebaskan kutukan Maleficent. Sampai pada saat ternyata Maleficent nekat menyusup ke istana dan menemukan Aurora terbaring tenang.  Maleficent mengutarakan penyesalannya dan menyatakan bahwa dia mencintai Aurora dan menciumnya.  Ternyata kutukan tersebut runtuh.  Cinta dari seorang 'ibu' adalah cinta yang paling tulus dari semua cinta yang ada.

Review Kata Gue : 

Film produksi Walt Disney ini lebih 'kelam' daripada produksi film lainnya.  Tapi pada akhirnya tetap ada sisi 'ceria' khas Disney. Angelina Jolie sebagai Maleficent nampak agak terlalu tua untuk kasting tersebut.  Tapi nampak kerja keras dari Angelina Jolie yang berhasil menghidupkan karakter Maleficent yang terluka dan seorang 'ibu' yang membesarkan anaknya dari jauh.  Sharlto Copley yang sebelumnya dikenal dalam bermain apik dalam District 9 dan bermain sangat pas sebagai 'Howling Mad' Murdock dalam The A Team nampak terbata-bata dalam memerankan karakter Stefan.  Bukan salahnya jika dia tidak diberikan keleluasaan dalam berimprovisasi seperti dalam District 9 dan The A Team. Elle Fanning, adik dari aktris Dakota Fanning cukup punya potensi dalam pengembangan karakternya, namun dengan banyak senyumnya, jadi lebih mirip Drew Barrymore muda daripada Elle Fanning.  Agak tidak adil memang membandingkan dengan kakaknya yang mempunyai karakter lebih kuat dalam setiap perannya, tapi siapa tahu nanti kelak Elle akan bisa bersaing ketat dengan sang kakak. Sam Riley sebagai Diaval juga tidak diberikan kesempatan dalam pengembangan karakternya.  Padahal Sam adalah aktor muda yang cukup disegani di Inggris. Memang karyanya di Amerika baru pada film Byzantium yang secara komersial tidak terlalu sukses. Sutradara Robert Stromberg memang baru kali ini membesut film layar lebar sebagai sutradara penuh.  Selama ini Stromberg lebih banyak berkarya di Special Effect dan Art Director. Film ini tertolong oleh musik karya James Newton Howard yang notabene telah banyak menggawangi film-film blockbuster.  Tata musiknya yang bisa membawa suasana dongeng menjadi lebih nyata.

Secara global film ini layak tonton namun tidak menjadi keharusan yang bikin penasaran.  Untuk bintangnya gue kasih 3 dari 5 bintang.

Selamat Menikmati. Have a great watch...!!!