Selasa, 27 Januari 2015

In The Blood

Pembebasan sang Suami oleh Istri Kick Ass



Merupakan film aksi laga karya sutradara John Stockwell produksi 20th Fox Century Home Entertainment, Distribusi oleh Anchor Bay Films. Durasi 90 menit dengan bujet USD 10 juta.


Sinopsis Gue :

Ava (Gina Carano) dan Derek Grant (Cam Gigandet) tengah berbulan madu di perairan Karibia. Dalam liburannya, Derek yang bermain Flying Fox mengalami kecelakaan dan harus dibawa ke rumah sakit setempat. Namun yang terjadi adalah Derek ternyata diculik oleh orang yang tak dikenal. Maka Ava yang seorang diri di tengah nuansa liburan bulan madunya harus berpacu dengan waktu untuk menemukan sang suami, dengan segala upaya dan tokoh masyarakat seperti Chief Ramon Garza (Luis Guzman) sang kepala polisi yang ogah-ogahan membantu, Big Biz (Danny Trejo) sang Informal Leader di kepulauan tersebut. Ava yang telah dibentuk secara keras oleh sang ayah (Stephen Lang) tidak begitu saja menyerah untuk menemukan sang suami.


Review Gue :

Setelah Gina Carano 'naik derajat' karena diarahkan oleh Steven Soderbergh di Haywire ditambah semakin populer di Fast and Furious 6 arahan Justin Lin, nampaknya Gina 'dijebak' untuk ikut dalam film ini. Demikian juga dengan Luis Guzman, Danny Trejo dan Stephen Lang yang jelas-jelas bukan aktor kelas tiga. 

John Stockwell benar-benar melakukan blunder dengan cerita yang begitu dangkal, baik penceritaan, karakterisasi yang mengambang semua dan penyelesaian yang 'nggak genah'. Karya  Stockwell ini bisa membuatnya terpuruk jika tidak merubah gayanya. Padahal sebelumnya Stockwell cukup diperhitungkan dengan Crazy/Beautiful (2001), Blue Crush (2002) dan Into The Blue (2002). Melihat film ini, seperti melihat sutradara yang baru pertama kali memegang tampuk penyutradaan sehingga 'kalah' oleh para pemerannya. Cerita yang lemah, penokohan yang terlalu stereotip, lansekap yang yang nanggung, semuanya membuat film ini menjadi film kelas B minus. Mengecewakan.

Film ini gue rating 1,5 bintang dari 5 bintang ...

Keep Rolling... Selamat Menikmati... Have a Great Watch...!!!   


 

The Imitation Game

Tokoh dibalik Mesin Enigma





Merupakan film dari Inggris berbentuk thriller sejarah yang mengisahkan tentang seorang ahli matematika, ahli kriptologi (Bahasa sandi) dan ilmuwan penemu sikal bakal komputer dari daratan Inggris bernama Alan Turing. Difilmkan berdasarkan buku dengan judul Alan Turing : The Enigma karya Andrew Hodges. Film ini dibesut oleh Morten Tyldum dengan produser Nora Grossman-Ido Ostrowsky-Teddy Schwarzman, Produksi Blackbear Pictures-Britol Automotive dengan distribusi oleh Studio Canal-The Weinstein Company. Film berdurasi 114 menit ini menghabiskan bujet 'hanya' USD 14 juta saja.


Sinopsis Gue :

Alan Turing (Benedict Cumberbatch) dipanggil oleh pihak kepolisian London untuk diinterogasi oleh pihak berwajib atas kejadian pencurian yang terjadi di rumahnya. Saat interogasi itulah cerita dimulai dengan kilas balik bahwa ia adalah penemu rahasia Mesin Enigma, mesin pemecah kode sandi milik Jerman dalam Perang Dunia II yang selalu mengirimkan pesan rahasia kepada sekutu Jerman dalam setiap penyerbuan sehingga Jerman dapat menaklukkan tanah jajahannya tanpa diketahui rahasia penyerbuan tersebut.

Berawal dari lamaran Alan Turing ke Lembaga Sandi Negara Inggris di Bletchley Park untuk bergabung, namun sempat ditolak oleh Kolonel Alistair Denniton (Charles Dance) karena nampak 'aneh' dan 'egois', namun karena analisa awalnya yang sangat logis, membuat Alan dapat masuk dalam tim pemecah kode Enigma yang dipimpin oleh Hugh Alexander (Matthew Goode), John Caircross (Allen Leech) dan Peter Hilton (Matthew Beard). Turing yang terbiasa bekerja sendiri menjadi dijauhi oleh rekan-rekan kerjanya. Alih-alih ditekan, Turing malah menulis surat kepada PM Winston Churchill agar ia yang diangkat sebagai pimpinan Tim yang disetujui oleh sang Perdana Menteri. Di kepemimpinan Turing itulah ia merekrut beberapa orang yang dianggap mampu untuk memecahkan kode mesin Enigma, dari sekian banyak, hanya satu yang lulus yaitu Joan Clarke (Keira Knightley). 

Karena Joan jugalah ketegangan antara Turing dengan Alexander dan rekan lainnya dapat cair sehingga mereka dapat bekerja padu sebagai tim. Dari merekalah Turing mendapat dukungan untuk membuat mesin khusus pemecah kode Enigma dengan biaya yang tidak sedikit. Tenggat waktu yang hampir tiba sementara Christopher, nama yang diberikan Turing untuk mesin pemecah kode tersbeut belum juga dapat memecahkan kode Enigma walau hanya satu Petunjuk. Berkat bantuan tanpa sengaja dari rekan Joan, akhirnya diperoleh kata-kata kunci yang bisa dijadikan pola untuk memecahkan kode eEnigma tersebut. Karena kerja mereka itulah, Perang Dunia II dapat dimenangkan oleh Sekutu dan Jerman takluk dalam perang. 

Diantara kerja keras tersebut terdapat masalah pribadi dan rahasia besar Turing yang ternyata dimanfaatkan oleh rekan yang dipercayainya. Posisi Turing yang terjepit membuat ia tak bisa berbuat banyak dalam kehidupan pribadinya.


Review Gue :

Kembali Benedict Cumberbatch memerankan tokoh berkarakter khas setelah sebelumnya memerankan fisikawan kelas dunia dalam Hawking (2004). Bisa dikatakan film ini merupakan masterpiece-nya Cumberbatch dalam mentransformasikan dirinya menjadi tokoh yang disebut sebagai Bapak Komputer Inggris ini. Bukan tidak mungkin Oscar kelak akan berpihak pada Cumberbatch kali ini.  Gaya transformasi Cumberbatch mengingatkan pada sosok Gary Oldman yang selalu bermain total dalam karakternya namun juga selalu low profile dalam kehidupan keartisannya. Cumberbatch mendapatkan 'rival' berat dalam film ini yaitu Mark Strong yang memerankan Stewart Menzies, pimpinan Dinas Intelijen Inggris MI-6. Menzies inilah yang mengispirasi Ian Fleming sebagai tokoh 'M' - dari kata Menzies, dalam serial James Bond nya. Strong lah yang membuat film ini punya getar thriller intelijen, sama getarnya saat memerankan Hani Salaam, pimpinan intelijen Jordania di Body of Lies. Keira Knightley akhirnya bisa menunjukkan kelasnya setelah selama ini senantiasa dikenal dengan film-film blockbuster popcorn semata. Matthew Goode pun mampu mencuri scene dengan perannya sebagai ilmuwan playboy yang flamboyan.

Cerita yang sebenarnya biasa dan diambil dari sebuah buku memiliki kekuatan yang tidak sedikit karena totalitas para aktor dan aktris pendukungnya. Secara kekuatan cerita, masih dibawah King's Speech dan Benedict pun masih belum bisa menandingi karisma Colin Firth, namun itu hanya masalah waktu saja nampaknya.

Film ini gue rating 4,5 bintang dari 5 bintang...

Keep Rolling...  Selamat Menikmati... Have a Great Watch...!!!

Senin, 19 Januari 2015

PK (Bollywood Movie) 2014

Alien yang Menggugat Dogma Agama




Film drama komedi satir Hindi besutan Rajkumar Hirani, dengan produser Rajkumar Hirani dan Vidhu Vinod Chopra, produksi Vinod Chopra Films-Rajkumar Hirani Films, berdurasi 153 menit dengan bujet sekira USD 13 juta.


Sinopsis Gue :

Sosok alien dengan sososk tubuh  manusia (Aamir Khan)  mendarat di bumi dengan tujuan melakukan riset tentang perilaku manusia bumi. Namun saat terdampar di Rajashtan, peralatan remote controlnya dicuri oleh penduduk setempat, berusaha merebut kembali [eralatan tersebut namun hanya didapatkan radio transistor milik sang pencuri. Pelajaran awal yang diperoleh di bumi adalah bahwa manusia tidak sopan jika tidak berpakaian, maka ia  mencuri pakaian dan uang dari pasangan yang sedang asyik bercinta di dalam mobil yang jendelanya terbuka. Berteman dengan Bhairon Singh (Sanjay Dutt) yang menganggap ia hanya seorang  amnesia, kemudian diperkenalkan dengan adat kebiasaan setempat. Sang alien yang memiliki cara untuk menyerap ilmu manusia dengan cara yang unik dianggap mengganggu kepantasan, yang oleh Bhairon dianggap bahwa ia memiliki hasrat seksual yang tinggi dan dibawa ke tempat prostitusi. Di tempat itulah sang alien menyerap ilmu dan bahasa setempat. Perjalanan sang alien mencari peralatan tersebut membawanya ke New Delhi. Di tempat tersebut karena perilakunya yang unik diberikan julukan PK (Peekay), maka jadilah sang alien tersebut bernama PK. Dalam pencarian alat yang hilang tersebut, beberapa orang menyatakan bahwa hanya Tuhan lah yang bisa membantunya meneukan alat tersebut, maka PK pun mencari Tuhan untuk minta tolong menemukan peralatan tersebut. Diketahui alat tersebut dimiliki oleh seorang pemuka agama Tapasvi Maharaj (Saurabh Shukla) yang menyatakan bahwa alat tersebut merupakan kiriman Tuhan yang diperoleh dari Himalaya dan enggan untuk diberikan kembali ke PK.

Adalah seorang reporter TV bernama Jaggu (Anushka Sharma) yang bertemu dengan seorang pemuda bernama Sarfaraz (Sushant Singh Rajput) dan kemudian jatuh cinta dan bermaksud untuk menikah. Ayah Jaggu yang merupakan pemuka agama dan tokoh masyarakat menentang keinginan Jaggu tersebut karena Sarfaraz berbeda agama dengan Jaggu. Cerita bergulir tentang bagaimana PK berusaha mendapatkan kembali alat tersebut untuk bisa kembali ke planetnya dan hubungannya yang berada di tengah percintaan Jaggu-Sarfaraz.


Review Gue :


Film ini merupakan 'hentakan' kedua dari Aamir Khan setelah 3 Idiots. disebut hentakan karena walaupun inti cerita tidak memiliki hal yang istimewa, namun inti dan alur cerita tentang ketuhanan yang terungkap secara satir begitu menggugah dari sisi manusia yang sudah terbiasa dengan dogma agama yang kadang begitu sektoral. Sisi humanis yang ditonjolkan dalam cerita ini begitu menggelitik sehingga masyarakat India sendiri menyukai film tersebut. Tidak heran jika PK dinyatakan sebagai film terlaris sepanjang tahun 2014. Aamir Khan sebagai PK kembali menunjukkan kelasnya sebagai aktor Bollywood yang tidak hanya mengandalkan tampang dan nyanyian, setelah sukses dengan karakterisasi Rancho di 3 Idiots, Aamir Khan berimprovisasi sebagai alien bernama PK yang menjungkirbalikkan dogma keagamaan. Anushka Sharma yang baru kali ini bermain dengan Aamir Khan diberikan kesempatan memberikan kemampuan mengimbangi aktor senior ini dan nampak bahwa Anushka cukup nyaman mengimbangi Aamir Khan. Sushant Singh Rajput yang sebelumnya lebih banyak di dunia layar kaca masih berusaha untuk memberikan kemampuan aktingnya. Masih cukup panjang jalan bagi Sushant dalam dunia perfilman Hindi. Yang cukup kontroversial adalah munculnya Sanjay Dutt sebagai pemeran pendamping di PK, dimana ia sedang dalam masa persidangan dengan tuduhan terorisme yang terkait keterlibatannya dengan pemboman di Mumbai (Bombay)  pada tahun 1993.

Film yang sebenarnya bertema ringan ini dibuat 'berat' oleh Rajkumar Hirani, namun dibuat satir yang nyleneh sehingga kembali menjadi begitu ringan dan dapat diterima oleh berbagai kalangan. Film yang cukup bagus untuk sebuah renungan tentang universalitas suatu keagamaan yang kadang dipahami secara sepihak. Sayangnya, karakter PK masih ada nuansa Mr. Bean dengan matanya yang senantiasa terbelalak, mungkin jika Aamir memiliki imterpretasi bebasnya sendiri tentang sang alien, bukan tidak mungkin orisinalitas PK akan lebih kental.

Film ini gue rating 4 bintang dari 5 bintang...

Keep Rolling... Selamat Menikmati... Have a Great Watch...!!!



Kamis, 15 Januari 2015

Taken 3

Korban Final di (akhir) trilogi




Merupakan sekuel dari Taken (2008) dan Taken 2 (2012) karya Olivier Megaton dengan produser Luc Besson. Produksi Europa Corp dengan distribusi oleh 20th Century Fox dan Europa Corp Distribution. Durasi 110 menit dengan bujet USD 48 juta.


Sinopsis Gue :


Hubungan Bryan Mills (Liam Neeson) dengan Lenore St. John (Famke Janssen) sang eks istri nampak mulai menghangat kembali.  Niatan Bryan untuk rujuk dengan Lenore tidak dapat segera terlaksana karena walaupun Lenore bermasalah dengan suami yang baru Stuart St. John (Dougray Scott) namun mereka masih terikat dalam pernikahan. Setelah mengunjungi putri semata wayangnya Kim Mills (Maggie Grace), Bryan mendapat pesan agar datang menemui Lenore ke rumahnya. Namun ternyata yang dijumpai Lenore sudah tewas dan dalam waktu singkat rumah tersbeut sudah dalam kepungan polisi yang langsung menduga keras bahwa Bryan lah yang membunuh Lenore. Bryan dapat melarikan diri dari kepungan tersebut, namun Inspektur LAPD Frank Dotzler (Forest Whitaker) tidak mudah menyerah dan segera menyelidiki siapa Bryan Mills yang memiliki kelebihan khusus tersebut. Bryan menemui Kim yang ternyata telah hamil dan dalam pengawasan LAPD berusaha mengumpulkan informasi dan melacak jejak pembunuh Lenore sambil tetap harus melindungi satu-satunya orang yang dicintainya, Kim.


Review Gue  :


Liam Neeson nampak sudah 'lelah' dengan gaya pontang-pantingnya Olivier Megaton walaupun dari sisi aksi masih menujukkan kelasnya. Untungnya produser masih dipegang oleh Luc Besson yang sering disebut sebagai Spielberg - Zemeckis nya Eropa (Perancis).  Forest Whitaker masih tertahan dalam mengembangkan karakternya, mungkin karena memang beda kultur antara film Eropa dengan Hollywood, dimana semua pemeran lainnya sudah 'akrab' dengan nuansa Eropa nya. Sayang juga Dougray Scott yang pernah bagus di Mission Impossible : II dan Enigma tidak bisa maksimal. 

Megaton seharusnya masih bisa mengembangkan film ini dengan twist yang lebih memikat. Bukan tidak mungkin ia bisa selevel dengan Antoine Fuqua di Hollywood mengingat gaya rapid action-nya diterima oleh audiens di belahan dunia Eropa dan Asia.  Sejak dikenal dalam Transporter 3 dan Colombiana, Olivier Megaton termasuk sutradara kesayangan Luc Besson.

Liam Neeson nampaknya harus mencoba kembali ke film indie dan drama sejenak untuk 'menetralisir' energinya yang selalu ditanggap untuk film full-packed-action. Sudah ditunjukkanmutunya oleh Liam di film The Grey, Third Person dan A Walk Among Tombstones, namun selain itu Liam nampaknya lebih laku untuk film bertipe Cool Rapid Action. Sayang juga Liam belum mendapat peran yang memiliki bobot sebesar Schlinder's List. Mungkin beberapa tahun ke depan. 

Film ini gue rating 3 bintang dari 5 bintang...

Keep Rolling... Selamat Menikmati... Have a Great Watch...!!! 

 

Rabu, 14 Januari 2015

Blackhat

Duel Hacker Internasional di Jakarta




Film Aksi Thriller karya Michael Mann produksi 2014. Produksi Legendary Pictures-Forward Pass, Distribusi oleh Universal Pictures, bujet produksi USD 80 juta dengan durasi 133 menit.


Sinopsis Gue :


Bersetting dunia kriminal cyberspace, dimana dawali dengan reaktor nuklir Tiongkok yang dibobol sehingga terjadi kebocoran reaktor nuklir yang membuat pemerintah Tiongkok memberikan perhatian penuh dalam menangani terorisme tersebut. Chen Dawai (Wang Leehom), polisi khusus cybercrime ditugaskan untuk memecahkan masalah tersebut. Chen dibantu oleh sang adik Chen Lien (Wei Tang) dalam menelusuri jalur peretas tersebut. Belum pula dapat ditemukan pola, terjadi kerusuhan dalam penjualan komoditi kedelai di perdagangan saham sehingga harga tok komoditi kedelai menjadi membumbung tinggi diatas harga wajar. Chen Dawai memastikan bahwa itu merupakan ulas peretas yang sama. Chen Dawai dan Chen Lien terbang ke New York untuk memecahkan masalah tersebut. Chen Dawai meminta agar pemerintah Amerika dapat membebaskan sementara peretas tangguh bernama Nicholas Hathaway (Chris Hemsworth) untuk dapat bekerja sama. Awalnya agak sulit karena Hathaway dipenjara dengan keamanan maksimum karena meretas satu bank dengan kerugian USD 50juta. Namun Chen Dawai mendesak dengan menyatakan bahwa bahasa pemrogaraman yang dilakukan untuk meretas Reaktor Nuklir dan Perdagangan Saham tersebut berasal dari bahasa pemrograman gubahan Chen Dawai dan Hathaway saat mereka masih kuliah di MIT dulu. 

Dengan dikawal oleh Carol Berrett (Viola Davis) dan Mark Jessup (Holt McCallany), Hathaway bahu membahu bersama Chen Dawai dan Chen Lien dalam memburu peretas tersebut. Perjalanan antar negara dan saling retas ke institusi NSA Amerika menjadi aktifitas mereka juga pengejaran peretas tersbeut ke beberapa negara hingga final duel antara Hathaway dan Sadak sang peretas (Yorick van Wageningen) yang terjadi di Jakarta !


Review Gue:

Michael Mann memiliki gaya layaknya Sam Peckinpah abad 20 yang memiliki ciri yang sangat khas dalam menggarap film. Penuturan dengan karakter yang pelan, close up yang kadang dikaburkan dan speed zoom in kepada tiap tokoh utama maupun pendukung seolah mempertegas karakter dari masing-masing tokoh film selalu menjadi ciri khas Michael Mann, sama seperti John Woo dengan ciri khas nya yaitu merpati yang mengepak slow motion sebelum adanya duel final.

Secara cerita, Blackhat merupakan cerita 'terlemah' yang pernah digarap oleh Michael Mann. Tema cybercrime yang dipilih terlalu menghujam pada teknis cyber itu sendiri sehingga bagi orang yang awam dengan dunia komputer dan hacking (peretasan) membutuhkan ekstra perhatian di film ini. Namun juga bagi para penggemar komputer dan peretas, film ini tidak tergali secara dalam sehingga malah terkesan memaksakan. Beberapa anekdot khas peretas hanya bisa dinikmati oleh penonton yang mengerti tentang dunia komputer. 

Namun Mann memiliki kekuatan lain dalam bercerita. Alurnya yang lambat dan kadang menyentak tiba-tiba kemudian melambat lagi merupakan suatu keasyikan sendiri. Berbeda dengan Ridley Scott  yang senantiasa berdentam sejak awal pertunjukan ataupun Martin Scorsese yang melangut namun tragis, Mann berada diantara mereka. Tiap karakter menjadi lebih 'dihargai' dengan segala pemakluman sifatnya. Chris Hemworth beruntung diarahkan oleh Mann sehingga penokohan sang jagoan Thor bisa lepas dari dirinya. Wang Leehom dan Wei Tang nampak mampu mengimbangi Chris sepanjang film tersebut karena Mann memberikan 'perimbangan' kepada mereka, demikian juga dengan Viola Davis dan Holt McCallany.

Yang menarik dari film ini adalah Mann mengambil resiko dengan menutup film ini dengan adegan duel yang dilakukan di Lapangan Banteng, Jakarta, Indonesia !

Memang sih, stereotip Hollywood masih melekat bahwa Jakarta Indonesia digambarkan kumuh dan padat penduduk, stereotip yang sama terhadap Philipina, Thailand dan Malaysia. Namun cukup terbayar rasanya bahwa Mann mau membuat adegan final di Jakarta lengkap dengan pertunjukan ogoh-ogoh dengan mengerahkan penari massal. 

Mungkin saja era epik karya Mann seperti The Last of The Mohicans dan Heat sudah berakhir, namun bagaimanapun juga Mann masih berusaha menorehkan karyanya dan mengangkat nama Jakarta, Indonesia tetap dengan ciri khas Michael Mann yang pertama dikenal dunia dengan serial televisi Miami Vice nya.


Film ini gue rating 3,5 bintang dari 5 bintang...

Keep Rolling... Selamat Menikmati... Have a Great Watch...!!!
 

Senin, 12 Januari 2015

Night at the Museum: Secret of the Tomb

Patung Lilin yang Berkelana ke Inggris




Merupakan sekuel ketiga trilogi Night at the Museum yang juga merupakan final installment. Sutradara oleh Shawn Levy, produksi 21Laps Entertainment-1492 Pictures, distribusi oleh 20th Century Fox. Bujet produksi USD 127 juta.


Sinopsis Gue :

Tahun 1938, kelompok arkeologis dari berbagai negara berhasil menemukan makam Firaun dan tablet Akhmenrah. Oleh penduduk lokal para arkeologis diperingatkan bahwa tablet tersebut berbunyi "Masa akhir akan tiba", namun karena kepentingan sejarah, artefak tersebut tetap diangkat dan dibawa ke Amerika dan Eropa.  Pada masa sekarang, 'kesaktian' tablet tersebut dimanfaatkan oleh Larry Daley (Ben Stiller) untuk membuat presentasi berkesan dihadapan Dr. Mc Phee (Ricky Gervais), namun ternyata tablet tersebut mulai mengalami perkaratan sehingga artefak yang hidup setiap malam tersebut menjadi bertingkah aneh dan mengacaukan acara presentasi tersebut. Terancam dengan situasi museum yang dianggap membahayakan, Larry memperoleh informasi bahwa yang dapat mengetahui rahasia tablet tersebut adalah ayah dari Akhmenrah, namun berada di Inggris. 

Demi menyelamatkan tablet tersebut, maka Larry, Akhmenrah (Rami Malek), Thodore Roosevelt (Robin WIlliams), Jedediah (Owen Wilson), Octavius (Steve Coogan), Atilla the Hun (Patrick Gallagher), Nicky (Skyler Gisondo) dan Sacagawea (Mizuo Peck) berangkat ke Inggris untuk memulihkan kondisi tablet yang tergerus karat agar bisa kembali seperti sediakala. Di Inggris mereka dibantu oleh Sir Lancelot (Dan Stevens) yang menjadi pengawal untuk sampai ke tempat ayah Akhmenrah yaitu Merenkahre (Ben Kingsley). Perjalanan mereka untuk memulihkan tablet tersebut tidaklah mudah dan diselingi dengan adanya pengkhianatan dari artefak tersebut demi kepentingan pribadi.


Review Gue :

Nampak sekali ini merupakan 'film perpisahan' dari sekuel Night at the Museum. Ternyata adegan perpisahan tersebut benar-benar merupakan film 'pamitan' dari Robin Williams yang wafat sebelum film ini diluncurkan. Film ini juga merupakan film terakhir yang dibintangi oleh Mickey Rooney yang wafat juga sebelum film ini dirilis.

Tidak nampak hal yang baru dalam film ini, sedikit menggelitik adalah ketika Jadediah dan Octavius asyik menonton YouTube dan memberikan komentar online nya dengan bantuan peralatan ala periode mereka. Tak lupa mereka pun paham akan 'selfie' untuk menunjukkan mereka selamat setelah 'hilang' di museum London.

Film ini memang semata dibuat untuk hiburan tanpa maksud menggurui tentang sejarah atau karakter apapun, sehingga bisa dinikmati tanpa membuat dahi berkerut dan ringan saat film ini selesai. Melihat Robin Williams memberikan wejangan singkat sebelum menjadi patung lilin nampak aura perpisahan yang terjadi, walaupun di bagian ending masih ada beberapa kejutan kecil yang menyenangkan, tapi 'tanda-tanda' kepergian Robin menjadi serasa nampak. Secara mutu cerita dan penggarapan, Night at the Museum 2: Battle of the Smithsonian (2009) masih lebih baik dibanding film ini.  Namun tetap tingkah laku para patung lilin yang hidup masih bisa membuat kita tersenyum

Film ini gue rating 2,5 bintang dari 5 bintang...

Keep Rolling... Selamat Menikmati... Have a Great Watch... !!!