Absurditas Telinga dan Kicauan Koruptor
Suatu Negeri dimana Tukang Pijat Refleksi memiliki akses yang luas dengan para petinggi-petinggi negeri dimana terlibat ditengah konspirasi diluar jangkauannya.
Sinopsis Gue :
Naga (T. Rifnu Wikana) adalah seorang tukang pijat refleksi yang memiliki 'pasien' dari berbagai kalangan, termasuk kalangan pejabat dan selebritis. Sebagai tukang pijat refleksi, Naga juga bertindak sebagai 'pendengar setia' dari para pasiennya. Hal tersebut yang membuat Naga merasa bahwa telinganya sudah tidak tahan terhadap keluhan dan kicauan para pasiennya sehingga memutuskan untuk berobat ke ahli THT, Dokter Sangkakala (Landung Simatupang). Cerita berpindah (nampaknya secara) flashback kepada aktifitas Naga yang dipanggil kesana kemari untuk memijat pasiennya dengan menggunakan skuter bututnya. Suasana saat itu sedang ramai-ramainya menjelang pesta demokrasi dengan seliweran truk kampanye yang hiruk pikuk.
Adalah Partai Amal Syurga yang dipimpin oleh Ustadz Etawa (Lukman Sardi) yang sedang melobi pengusaha untuk suatu transaksi impor daging. Partai lainnya, Partai Martobat yang dipimpin oleh Piton Wangsalaba (Ray Sahetapy) memiliki ambisi menjadi partai terbesar dan menjadi presiden negeri dengan dibantu oleh menteri Joki Ringkik (Rukman Rosadi) yang juga berambisi menjadi Cawapres dan pelobi Mr. Marmood (Tanta Ginting). Dana untuk pilpres tersebut diperoleh dari proyek perumahan untuk rakyat yang digelembungkan nilai pengerjaannya. Ada pula Tikis Queenta (Kellly Tandiono) sebagai pelobi dari pihak partai ke lingkungan parlemen yang menggunakan segala cara untuk memuluskan niat tersebut. Pergerakan partai tersebut diendus oleh seorang reporter Chika Cemani (Jenny Zhang) dari TV 9 yang berusaha mendapatkan berita berbobot.
Lembaga anti korupsi KAPAK juga berusaha memburu pihak-pihak yang dicurigai telah melakukan penggelapan uang negeri. Sambil menunggu waktu yang tepat, pimpinan KAPAK (Gary Iskak) menyusun strategi untuk dapat menangkap basah para penggelap uang negeri. Pada akhirnya, KAPAK berhasil menangkap satu persatu pelaku yang menggelapkan uang negeri dan dilakukan persidangan dengan vonis yang tidak ringan, setelah sebelumnya terjadi intrik dan konspirasi dari masing-masing partai.
Review Gue :
Film besutan Lola Amaria kali ini lebih 'segar' dalam menusuk tingkah laku para penggede negeri. Banyak karakter-karakter yang mengejutkan dari para aktor-aktris ditampilkan disini. Dibuka dari kunjungan Naga ke dokter Sangkakala dan diakhiri dengan (maksudnya) twist ending dari kedatangan Naga ke dokter tersebut, Lola mencoba memasukkan unsur absurditas dalam filmnya, selain dari truk sirkus yang berlalu pelan sambil diikuti oleh seorang bocah dan dokter THT yang asyik bermain saksofon di balkon rumahnya pada tengah malam. Gaya intrik politis yang dibungkus dengan satir tajam dan komedik juga yang membuat film ini bertutur lancar secara linear dan mudah dipahami. Banyak adegan yang membuat terkekeh dan tersenyum kecut mengingat kejadian yang memiliki banyak kemiripan (sama) dengan kondisi akhir-akhir ini. Lukman Sardi, jelas menjadi nilai lebih dengan perannya yang sangat komedik dan satiris. Tertawa rasanya melihat gaya ustadz-nya dalam melakukan strategi dengan sisipan kalimat-kalimat agamis, yang diikuti para bawahannya. Ray Sahetapi bermain lancar seperti biasa sebagai politikus ulung yang takut istri, namun karakternya sebagai politikus licin berubah (dirubah) menjadi penjahat garang laksana tokoh antagonis di film The Raid yang dibintanginya. Gaya komedik Tanta Ginting sebagai bendahara partai sebenarnya memiliki potensi menguasai layar sebagai pelobi dan ahli cuci tangan dengan kalimatnya "saya cuma bendahara partai, bisa apa saya..." yang berulang-ulang. Namun suaranya yang dibuat kecil dan melengking kok jadi terasa agak mengganggu ya. Gary Iskak sebagai ketua KAPAK juga dipaksa keluar dari mainstream perannya yang stereotip sehingga nampak lebih fresh.
Dari cerita dan penuturannya, jangan harap film ini menjadi box office karena akan banyak telingan yang akan panas dan wajah yang merah padam menonton film ini. Oh ya, adegan sex nya walaupun dibuat secara 'manis' ala hollywood namun masih terlalu eksplisit untuk sutradara sekelas Lola. Jelas film ini berating dewasa untuk tayangan teater. Bagaimanapun, keberanian dan 'kenekatan' Lola dalam membesut film ini patut diberikan dua jempol...
Film ini gue rating 4 dari 5 bintang...
Keep Rolling... Selamat Menikmati... Have a Great Watch...!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar