Jumat, 26 September 2014

Tabula Rasa - Review Gue

Cinta Dalam Racikan Kepala Kakap





Tabula Rasa merupakan film drama kehidupan tentang cinta, dedikasi, kenangan dan masakan. Dibesut oleh sutradara  Adriyanto Dewo dengan produser Sheila Timothy.

Sinopsis Gue :

Hans (Jimmy Kobogau), seorang pemuda dari Serui, Papua yang memiliki bakat sepakbola, memiliki mimpi untuk menjadi pemain sepakbola profesional, menerima tawaran seorang pencari bakat untuk menemuinya di Jakarta untuk diasah ketrampilannya.  Nasib berkata lain. Hans terdampar di Tanah Jawa dan menjadi gelandangan dengan kaki yang timpang sehingga harapan untuk menjadi pemain bola menjadi pupus. Harapan yang hilang membuat Hans berniat bunuh diri dengan meloncat dari jembatan penyeberangan saat kereta lewat.  Nasib (lagi) mempertemukan Hans dengan Mak (Dewi Irawan), seorang pemilik warung makan nasi Padang.  Diajaklah Hans untuk membantu Mak yang juga memiliki pegawai Natsir (Ozzol Ramlan) yang setia dan Uda Parmanto (Yayu Unru), karabat dari Mak yang menjadi Juru Masak di warung nasi padang tersebut.  Meniti kehidupan yang sangat berbeda tersebut membuat Hans kadang kerap frustrasi, namun dengan kegigihan Mak, Hans secara perlahan mampu bangkit. Konflik datang dari Uda Parmanto yang tidak rela Mak mengajak Hans menjadi bagian dari warung makan mereka karena mengurangi pendapatan mereka.  KOnflik kian meruncing saat Uda Parmanto 'membelot' dan mencuri resep Mak untuk diterapkan di Rumah Makan Padang yang lebih besar tempat Uda Parmanto bekerja.  Mak hampir patah arang, namun Hans kini yang ngotot untuk bertahan dan menjual hidangan spesial dengan bumbu khas dari Mak.  Ada rasa berat bagi Mak untuk menjual hidangan spesial tersebut karena memilki masa lalu yang pedih, namun warung makan harus tetap berjalan jangan sampai bangkrut. Hans dan Natsir berjibaku untuk mempertahankan kehidupan warung tersebut, hingga akhirnya masakan spesial Mak akhirnya dimunculkan dan mereka memperoleh pesanan dalam jumlah cukup besar.



Review Gue :

Setelah Sheila Timothy 'asyik' dengan memproduseri film-film misteri, nampaknya mulai merambah dunia yang lebih ringan dan mudah dicerna, dan sebenarnya cukup berhasil.  Dengan menunjuk sutradara Adriyanto Dewa yang baru kali ini menangani untuk menangani film panjang bergenre drama.  Kepercayaan Sheila dibayar oleh Adriyanto dengan angle yang pantas dan mengalun. Berjalan lambatnya film ini adalah untuk membantu penonton menyerap harapan yang hilang pada Hans dan Mak yang pedih akan masa lalunya, serta 'pengkhianatan' oleh Parmanto. Dengan 'hanya' 4 (empat) tokoh dalam film ini bukan berarti menjadi monoton. Memang tidak dinamis namun cerita bisa mengalir lancar tidak berjejal.  Kadang dibuat flashback untuk mengetahui siapa dan apa harapan Hans, namun hal tersebut tidak mendominasi sehingga bisa dinikmati oleh penonton.

Jimmy Kobogau patut diperhitungkan sebagai pendatang baru. Diberikan kepercayaan sebagai peran utama tidak disia-siakan oleh Jimmy. Perannya yang 'memelas' namun keras hati mampu menggugah. Ketidakberdayaan Hans dalam menghadapi tantangan kehidupan mampu dibawakan tanpa harus mewek-mewek. Tidak mudah menjadi Mak, namun Dewi Irawan nampak menyatu dengan tokoh Mak sehingga tidak nampak 'keartisan' pada Dewi Irawan. Tak percuma peraih FFI tahun 2011 ini diberikan peran kunci yang memiliki masa lalu yang menyedihkan. Ekspresi kekecewaan Mak pada saat dikhianati Parmanto cukup memilukan dan menghanyutkan.  Uda Parmanto mungkin tidak akan jadi tokoh yang mengesalkan jika tidak dibawakan oleh Yayu Unru. Aktor kawakan ini turut menghidupkan karakter Parmanto yang perhitungan, kadang licik namun tidak bisa lepas dari memori pahit yang sama-sama menimpanya dan Mak.  Ozzol Ramlan pun mampu mengimbangi dua pemeran senior tersebut, nampak bahwa baik Dewi maupun Yayu memberikan ruang bagi Ozzol dan Jimmy untuk muncul. Namun pada saat 'scene' berdua, nampak kekuatan diantara dua pemeran senior tersebut.  Untuk film ini tidak tanggung-tanggung diturunkan pelatih dialek Minang oleh Tom Ibnur yang juga seorang koreografer senior. Alhasil, atmosfir keluarga Minang terasa kental dalam film ini.  Semoga untuk selanjutnya Sheila Timothy bisa lebih banyak memproduksi film yang ringan. 

Film ini gue rating 4 dari 5 bintang...

Keep Rolling... Selamat Menikmati... Have a Great Watch...!!!
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar